PENERAPAN MANAJEMEN BUDAYA SEKOLAH ISLAMI DALAM MENINGKATAN MOTIVASI ORANG TUA



BAB I
PENDAHULUAN


1.1    Konteks Penelitian
Dunia pendidikan saat ini menuai berbagai macam tantangan, seiring dengan perkembangan globalisasi yang ditandai dengan percepatan teknologi komunikasi dan transformasi informasi, menuntut lembaga pendidikan untuk masuk ke dalam suatu pola interaksi yang sangat luas. Hal ini tercermin dalam berbagai bentuk jaringan kerjasama dan berbagai pola kompetisi yang semakin ketat dan berat. Menurut (Nata Abuddin, 2010:207) Era globalisasi membawa dampak, tidak hanya positif tetapi juga dampak negatif. Pengaruh yang dibawanya dapat menjadikan degradasi moral dan yang lebih parah jika terjadi degradasi iman.
Penyelenggaraan proses pendidikan di Indonesia merupakan bagian yang sangat penting dalam mengisi pembangunan sebagai amanat dari hasil perjuangan kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang telah mendapat perhatian serius dari berbagai pihak terlebih dari pihak pemerintah khususnya. Hal ini sesuai dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 3 yaitu:
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab” (UUD, 2003:20).

Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional seperti yang dikemukakan diatas diperlukan peningkatan dan penyempurnaan segenap komponen pendidikan, yaitu pemerintah, masyarakat, orang tua, serta pelaku pendidikan.
Maka di sinilah tantangan sekaligus peluang bagi pengelola lembaga pendidikan Islam untuk mampu merealisasikan harapan orang tua dan masyarakat. Untuk mampu merealisasikan harapan orang tua dan masyarakat tersebut, tentunya setiap lembaga harus memiliki strategi untuk meningkatkan kualitas pendidikannya.
MI Walisongo Bugangan sebagai lembaga pendidikan yang berbasis islam merespon dengan berusaha meningkatkan kualitas pendidikan melalui berbagai upaya dalam rangka menerapkan budaya sekolah islami tentunya dalam bentuk-bentuk kegiatan yang berhaluan islami, seperti kegiatan tadarus, doa bersama, sholat berjama’ah, mengisi peringatan hari besar islam (HBI), dan lain sebagainya. Dengan demikian diharapkan mampu membangun sebuah ciri khas maupun karakter sekolah yang mana kelak menjadi budaya yang di patuhi seluruh warga sekolah/madrasah.
Nur Kholidah sebagai salah satu orang tua peserta didik meyatakan “dengan adanya kegiatan-kegiatan berhaluan islami yang dilakukan di MI Walisongo Bugangan membuat saya semakin percaya menyekolahkan anak saya di MI Walisongo Bugangan”.
Berdasarkan observasi awal dilapangan yang dilakukan nampak bahwa orang tua cenderung menyekolahkan anak ke MI Walisongo Bugangan Kecamatan Kedungwuni Kabupaten Pekalongan. Terbukti MI Walisongo Bugangan dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan dari jumlah peserta didik. Sedangkan sekolah lain yang juga ada di Desa Bugangan yaitu Sekolah Dasar Negeri Bugangan (SD N Bugangan) Kecamatan Kedungwuni Kabupaten Pekalongan justru mengalami penurunan jumlah peserta didik dari tahun ke tahun.
Mengingat lokasi keberadaan MI Walisongo Bugangan sendiri berada di lingungan Desa Bugangan Kecamatan Kedungwuni Kabupaten Pekalongan. Lingkungan tersebut sejak dulu hingga sekitar lima tahun yang lalu, masih sering terjadi pengikisan akhlak diantaranya masih terjadi perkelahian, perjudian dan hal lainnya. Dewasa ini semakin meningkatnya kesadaran orang tua akan pendalaman ilmu agama serta pengalaman masa lalu yang tentunya menjadi salah satu faktor orang tua lebih memilih MI Walisongo Bugangan yang mana pendidikan agama lebih banyak dipelajari dibanding pendidikan agama yang ada di Sekolah Dasar (SD).
Sementara dari hasil observasi sementara pula, didapatkan bebagai macam alasan ataupun motivasi orang tua dalam memilih lembaga pendidikan untuk anaknya. Salah satunya karena keberadaan kegiatan–kegiatan yang berbasis islami yang dilakukan di MI Walisongo Bugangan. Dari berbagai motivasi tersebut maka MI Walisongo Bugangan sudah seharusnya meningkatkan pemahaman mengenai motivasi orang tua, agar kebijakan yang akan diambil kedepannya dapat disesuaikan sehingga menambah kepercayaan orang tua maupun masyarakat terhadap MI Walisongo Bugangan.
Motivasi menurut M. Arifin (2010:27) dalam bukunya yang berjudul “Kepemimpinan dan Motivasi Kerja” adalah: “suatu faktor yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu perbuatan atau kegiatan tertentu, oleh karena itu motivasi sering kali diartikan pula sebagai faktor pendorong perilaku seseorang.
Sebagaimana yang di ungkapkan (Mulyasa, 2002:11), bahwa Pendidikan merupakan hal yang paling penting bagi setiap anak. Dimana dalam pendidikan, anak memperoleh ilmu pengetahuan yang sangat berguna bagi masa depannya. Oleh karena itu orang tua berkewajiban mendidik anak, karena pendidikan yang pertama didapat anak adalah dari keluarga atau orang tua. Selain itu orang tua juga harus memantau belajar anak agar termotivasi dalam belajar dan mendapat prestasi yang baik. Pendidikan yang kedua yaitu pendidikan di sekolah, sekolah sebagai lembaga pendidikan yang sangat berperan dalam proses sosialisasi individu agar menjadi anggota masyarakat yang bermakna bagi masyarakat. Melalui pendidikan terbentuklah kepribadian seseorang dan perkembangan masyarakat yang dipengaruhi oleh sikap pribadi-pribadi di dalamnya (Ari Gunawan, 2002:54).
Orang tua sebagai pendidik dan memegang peranan penting dalam pembentukan kepribadian anak sebelum ia memasuki pendidikan di sekolah atau di masyarakat, karena itu orang tua harus memberikan bimbingan terhadap anak terlebih dahulu daripada guru atau pendidik lainnya di masyarakat. Inilah yang disebut dengan pendidikan keluarga.
Dalam dunia pendidikan Islam yang paling bertanggung jawab terhadap pendidikan anak adalah orang tua, hal ini terdapat pada Al-Qur’an surah At-Tahriim ayat 6. 
 “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”(Qs. At-Tahriim, 66:6)
Secara jelas dalam ayat di atas menerangkan bahwa orang tua berkewajiban mendidik anak dengan pendidikan yang baik sehingga diharapkan menjadi generasi-generasi yang baik sesuai dengan tuntunan agama Islam.
Peran serta dan motivasi orang tua terhadap anak sangat besar pengaruhnya, karena tanpa pengaruh dan motivasi orang tua maka anak akan sulit menentukan pendidikan yang cocok dan sesuai dengannya. Karena, anak belum dapat memilih sendiri dan keterbatasan cara berpikirnya. Dengan demikian jelas bahwa peran serta motivasi orang tua dalam mengarahkan pendidikan anak sangat berperan dan menentukan sekali dalam proses pembentukan kepribadian anak. Motivasi orang tua dalam mengarahkan pendidikan anaknya tentunya mempunyai tujuan yang berbeda-beda dan dipengaruhi oleh berbagai aspek dan faktor.
Dewasa ini semakin ketatnya persaingan antar lembaga pendidikan, Madrasah Ibtidaiyah Walisongo Bugangan sebagai salah satu lembaga pendidikan yang ada di Desa Bugangan Kecamatan Kedungwuni Kabupaten Pekalongan selalu berusaha bersaing sehat, tentunya dalam bersaing perlu kiranya menonjolkan karakter diri agar konsumen tertarik, diantaranya dengan menggiatkan berbagai program maupun berbagai kegiatan nyata yang berbasis budaya islami itulah sebagai wujud nyata menunjukkan karakter atau ciri khas diri suatu lembaga pedidikan, guna menjawab kebutuhan dan meyakinkan masyarakat terkhusus kepada orangtua, bahwa MI Walisongo Bugangan sesuai dengan kebutuhan yang mereka inginkan.
Selain itu bentuk-bentuk kegiatan islami di MI Walisogo Bugangan juga sebagai wujud eksistensi sebuah satuan lembaga pendidikan yang masih aktif pengelolaannya, serta menyakinkan masyarakat dan konsumen (peserta didik, orang tua, serta pihak-pihak terkait lainnya) bahwa layanan jasa pendidikan yang diselenggarakan MI Walisongo Bugangan sungguh relevan dengan kebutuhan mereka.
Untuk menumbuhkan nilai-nilai keislaman pada pelajaran atau peserta didik, diperlukan adanya program yang memadukan antara pelajaran umum dengan nilai-nilai budaya agama pada setiap kegiatan belajar mengajar. Mengintegrasikan ilmu pengetahuan dengan agama adalah satu usaha yang muncul sebagai reaksi terhadap adanya konsep dikotomi antara agama dan ilmu pengetahuan yang dimasukkan masyarakat barat dan budaya masyarakat modern. Program ini selain bermunculan dari pemikiran yang komplementer dalam penyadaran nilai agama, dapat dianggap sebagai hal baru oleh sejumlah sekolah yang baru melaksanakannya (Muhaimin, 2003:23).
Sejatinya upaya penerapan budaya sekolah islami mempunyai landasan yang jelas yang tertera secara konstitusional dan juga secara pedoman agama. Dengan demikian sudah sepatutnya lembaga pendidikan mengerahkan upaya-upaya dalam rangka penerapan budaya islami, sekalipun pada lembaga pendidikan yang berbasis islam.
Sebagaimana landasan secara konstitusional dapat dipahami dari UUD 1945, Pancasila sebagai dasar Negara UUD Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003. Dan perlu juga memperhatikan pengertian pendidikan islam berikut:
“Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga mengimani, bertaqwa, dan berakhlak mulia dalam mengamalkan aaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Al Qur’an dan Hadits, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman. Dibarengi  tuntutan untuk menghormati penganut agama lain dalam masyarakat hingga terwujudnya kesatuan dan persatuan bangsa. (Depdiknas, 2003:7).
Hal tersebut di perkuat dengan Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang standar Isi “Mewujudkan manusia Indonesia yang taat beragama dan berakhlak mulia yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas, produktif, jujur, adil, etis, berdisiplin, bertoleransi (tasamuh), menjaga keharmonisan secara personal, dan sosial serta mengembangkan budaya agama dalam komunitas madrasah”
Sedangkan landasan secara pedoman agama dapat dipahami dari firman Allah SWT. Dalam Qs. Al-Baqarah : 208 sebagai berikut :

 “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu” (Qs. Al-Baqarah, 2: 208).
Dasar yang sudah jelas itulah, maka sudah sewajarnya setiap satuan  Pendidikan untuk menggiatkan berbagai upaya dalam peningkatan budaya islami disekolah yang dikelola masing-masing. Sekaligus sebagai penyelaras dengan tujuan pendidikan nasional dalam mengembangkan dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dan tujuan pendidikan islami tersebut dibutuhkan manajemen yang profesional pada beberapa aspek, di antaranya aspek pendidiknya, kurikulumnya, sarana prasarananya, metodologi pengajarannya, materi pelajarannya, budaya sekolah/madrasah, keuangannya dan segala aspek yang berkaitan dengan terwujudnya pendidikan dengan baik. Dengan adanya perubahan pola manajemen pemerintahan dari sentralistis ke desentralistis yang menuntut pula bidang pendidikan untuk mandiri dalam menerapkan budaya sekolah pada masing-masing satuan lembaga pendidikan, dengan tidak mengabaikan kebijakan-kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah daerah maupun pusat. Perubahan ini membawa angin segar bagi dunia pendidikan Indonesia karena sekolah/madrasah mendapat kebebasan dalam mendesain proses belajar mengajarnya sesuai dengan visi misi sekolah, harapan penyelenggara pendidikan, orang tua, masyarakat dan karakteristik daerah tersebut.
Demikian juga menurut (Ahmad Tafsir, 2005:51), bahwa Pada latar sekolah Islam, norma-norma agama senantiasa dijadikan sumber pegangan yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan, keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh seluruh warga sekolah.
Penerapan kegiatan-kegiatan yang bernuansa islami tentu menjadi suatu nilai tersendiri dimata masyarakat. Lantas bagaimana penerapan kegiatan-kegiatan islami yang dijadikan sebagai suatu budaya sekolah islami di MI Walisongo Bugangan hingga saat ini. Konsistensi serta efektifitas dalam  penerapan manajemen budaya sekolah islami di MI Walisongo Bugangan sangatlah penting untuk menanggulangi berbagai kendala yang ada. Sehingga output atau hasilnya dapat memuaskan semua pihak di lingkungan MI Walisongo Bugangan.
Dari pemaparan di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian di lembaga pendidikan Madrasah Ibtidaiyah Walisongo Bugangan Kedungwuni Pekalongan. Penelitian ini dilakukan atas dasar Madrasah Ibtidaiyah Walisongo Bugangan Kedungwuni Pekalongan merupakan lembaga pendidikan yang menerapkan kegiatan-kegiatan budaya sekolah islami, memiliki kualitas terakreditasi B, memiliki jumlah siswa yang cukup banyak dan selalu meningkat ditiap tahunnya, mempunyai guru-guru profesional serta fasilitas yang cukup memadai serta kegiatan-kegiatan yang berhaluan islami yang mana telah menjadi budaya/ciri khas sekolah tersebut. Dengan demikian menjadi nilai tawar untuk bersaing dengan lembaga pendidikan lain. Bagaimana cara Madrasah Ibtidaiyah Walisongo Bugangan Kedungwuni Pekalongan ini sehingga mampu mengelola manajemen budaya sekolah islami sampai tujuan lembaga pendidikan ini dapat tercapai dan mampu bersaing dengan Sekolah/Madrasah lainnya.
Namun  pada intinya penulis merasa tertarik mengadakan penelitian lebih mendalam tentang kebenaran motivasi orang tua menyekolahkan anaknya di MI Walisongo Bugangan yang dikarenakan adanya penerapan budaya sekolah islami di MI Walisongo Bugangan. Maka pada penelitian ini akan dipaparkan dengan cara deskriptif dengan mengambil judul “PENERAPAN MANAJEMEN BUDAYA SEKOLAH ISLAMI DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI ORANG TUA MENYEKOLAHKAN ANAK DI MI WALISONGO BUGANGAN”.
1.2    Fokus Penelitian
Seperti diuraikan di atas bahwa penerapan manajemen budaya sekolah islami mempengaruhi banyak hal, dalam waktu yang sama, penulis memiliki sejumlah keterbatasan, terutama waktu, biaya, tenaga, dan kemampuan  akademik. Menyadari kondisi tersebut dan terutama sesuai kaidah keilmuan, maka fokus penelitian ini dibatasi hanya pada masalah penerapan manajemen budaya sekolah, motivasi orang tua menyekolahkan anak di MI Walisongo Bugangan Kecamatan Kedungwuni Kabupaten Pekalongan.
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalahnya adalah :
1.    Bagaimana Penerapan Manajemen Budaya Sekolah Islami di MI Walisongo Bugangan?
2.    Bagaimana motivasi orang tua menyekolahkan anaknya di Madrasah Ibtidaiyah Walisongo Bugangan?
3.    Bagaimana Penerapan Manajemen Budaya Sekolah Islami dalam meningkatkan motivasi orang tua menyekolahkan anaknya di Madrasah Ibtidaiyah Walisongo Bugangan?
1.3    Tujuan Penelitian
Berangkat dari permasalahan yang telah penulis paparkan dalam rumusan masalah diatas, maka ada beberapa hal yang menjadi tujuan penelitian, yaitu antara lain:
a.    Untuk mengetahui penerapan manajemen budaya sekolah islami di MI Walisongo Bugangan.
b.    Untuk mengetahui motivasi orang tua menyekolahkan anaknya di MI Walisongo Bugangan Kecamatan Kedungwuni Kabupaten Pekalongan.
1.4    Manfaat Penelitian
1.    Manfaat Teoritis
a.    Memberikan gambaran bagi MI Walisongo Bugangan untuk meningkatkan penerapan manajemen budaya sekolah islami.
b.    Meningkatkan kemampuan dan kreatifitas bagi para guru dalam pengetahuan dan keterampilan.
c.    Untuk meningkatkan pemahaman terhadap motivasi orang tua dalam memilih MI Walisongo Bugangan, dalam upaya mendukung strategi pengembangan MI Walisongo Bugangan di masa yang akan datang.
d.   Sebagai sumber informasi bagi penelitian-penelitian yang akan datang, serta memberi kontribusi keilmuan bagi semua aktivitas akademik dalam bidang manajemen pendidikan.
2.    Manfaat Praktis
a.    Bagi Penulis
Menambah wawasan penulis mengenai wacana nilai pendidikan khususnya pendidikan Islam, untuk selanjutnya dijadikan sebagai acuan dalam bersikap dan berperilaku.
b.    Bagi Lembaga Pendidikan
1)        Sebagai masukan yang membangun guna meningkatkan kualitas lembaga pendidikan yang ada, termasuk para pendidik yang ada di dalamnya, dan penentu kebijakan dalam lembaga pendidikan, serta pemerintah secara umum.
2)        Dapat menjadi pertimbangan untuk diterapkan dalam dunia pendidikan pada lembaga-lembaga pendidikan yang ada di Indonesia serta sebagai solusi terhadap permasalahan pendidikan yang ada.
c.    Bagi Ilmu Pengetahuan
Sebagai bahan referensi dalam ilmu pendidikan sehingga dapat memperkaya dan menambah wawasan.  
d.   Bagi peneliti berikutnya 
Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan atau dikembangkan lebih lanjut, serta referensi terhadap penelitian yang sejenis.



BAB II
KAJIAN PUSTAKA


2.1  Hasil-hasil Penelitian Terdahulu
Sebagai kajian pustaka, tentunya penulis akan mendeskripsikan beberapa penelitian terdahulu yang ada relevansinya dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis:
1.  Penelitian yang dilakukan oleh Usfuriyah tahun 2010 dengan judul PenerapanManajemen BudayaSekolah Islami Di SD Islam SultanAgung 04 Semarang. Penelitian ini di dalamnya hanya membahas satu variabel yaitu mengenai penerapan manajemen budaya islami di SD Islam Sultan Agung 04 Semarang serta membahas pula gambaran tentang beberapa faktor pendukung dan penghambatnya. Sedangkan penelitian kali ini akan memaparkan antara dua variabel yaitu penerapan manajemen budaya sekolah islami dalam meningkatkan motivasi orang tua.
2.  Penelitian selanjutnya oleh Alif Sarifudin dengan judul “Analisis Motivasi Orang Tua Menyekolahkan Anaknya di SMK Muhammadiyah 2 Playen Gunungkidul Yogyakarta Tahun Pelajaran 2013/2014.Penelitian ini di dalamnya membahas analisis motivasi orang tua menyekolahkan anaknya di SMK Muhammadiyah 2 Playen Gunungkidul Yogyakarta.
3.  Skripsi karya Teko Asih, yang berjudul “Studi Komparasi Motivasi Orang Tua Menyekolahkan Anak di MIS dan MIM (Studi di Desa  Kauman Wiradesa Pekalongan), menyatakan bahwa motivasi dari orang tua dalam hal pendidikan merupakan sesuatu dorongan yang memerlukan bimbingan dan bantuan untuk mempertahankan hidupnya dan memperoleh kepandaian, ketrampilan dan pembentukan sikap demi  keberlangsungan hidupnya kelak dan semua itu bisa terwujud dengan pendidikan yang baik. Dengan demikian anak mempunyai bekal pengetahuan dan ketrampilan untuk menghadapi  hidup dimasa yang akan datang.
Perbedaan penelitian terdahulu dan penelitian ini terletak pada objek penelitian,variabel penelitian dan lokasi tempat penelitian. Sedangkan yang akan dipaparkan dalam penelitian yaitu mengenai penerapan manajemen budaya sekolah dalam meningkatkan motivasi orang tua menyekolahkan anaknya. Penelitian terdahulu yang disebutkan diatas nantinya akan dijadikan sebagai sumber rujukan dalam penelitian ini.
a.    Pengertian Motivasi
Menurut Henry Simamora dalam bukunya yang berjudul Manajemen Sumber Daya Manusia menjelaskan tentang motivasi, motivasi (motivation) adalah dorongan psikologis yang mengarahkan seorang menuju sebuah tujuan. Kata motivasi berasal dari kata latin movere, yang bermakna bergerak, namun motivasi melibatkan lebih dari sekedar gerakan fisik. Motivasi melibatkan gerakan fisik dan mental. Motivasi juga mempunyai sisi: gerakan dan motif. Gerakan dapat dilihat, akan tetapi motif harus disimpulkan (Henry Simarora, 2006:456).
Motivasi menurut Gitosudarmo dan mulyono dalam dalam bukunya Drs. M. Arifin (2010:27-28)  yang berjudul “Kepemimpinan dan Motivasi Kerja” adalah: “suatu faktor yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu perbuatan atau kegiatan tertentu, oleh karena itu motivasi sering kali diartikan pula sebagai faktor pendorong perilaku seseorang.”
Sedangkan (Husaini Usman, 2011:250) Menerangkan, motivasi ialah keinginan untuk berbuat sesuatu. Motivasi merupakan keinginan yang terdapat pada seseorang individu yang merangsangnya untuk melakukan tindakan-tindakan atau sesuatu yang menjadi dasar atau alasan seseorang berperilaku.
Demikian pula menurut (Abdul Majid, 2014: 308) bahwa motivasi merupakan satu penggerak dari dalam hati seseorang untuk melakukan atau mencapai suatu tujuan. Motivasi juga bisa dikatakan sebagai rencana atau keinginan untuk menuju kesuksesan dan menghindari segala kegagalan hidup. Dengan kata lain, motivasi adalah sebuah proses untuk tercapainya suatu tujuan.
Dari beberapa pengertian diatas dapat di simpulkan bahwa motivasi adalah suatu pendorong yang ada dari dalam diri seseorang untuk melakukan kegiatan atau aktifitas yang nyata dalam upaya mencapai sebuah tujuan.
b.    Fungsi Motivasi
(Abdul Majid, 2014:309) dalam bukunya yang berjudul “Strategi Pembelajaran” mengungkapkan fungsi motivasi menurut Sadirman antara lain sebagai berikut :
1.    Mendorong manusia untuk berbuat. Artinya motivasi bisa dijadikan sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
2.    Menentukan arah perbuatan kearah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian, motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.
3.    Menyeleksi perbuatan, yaitu menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan dengan menyisikan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat dagi tujuan tersebut.
Dengan hal tersebut jelas keberadaan motivasi sangat penting, karena fungsinya untuk mendorong manusia untuk berbuat kemudian dapat mengarahkannya dan menyeleksi atau menentukan perbuatan yang sesuai. Namun bukan berarti seseorang dapat memutuskan memilih menyekolahkan anaknya di MI Walisongo Bugangan itu tidak hanya dipengaruhi oleh motivasi saja, melainkan banyak faktor yang memengaruhinya, dan motivasi adalah hanya salah satunya.
c.    Sumber Motivasi
Berkaitan dengan sumber motivasi, dapat dilihat pada uraian (Abdul Majid, 2014:311-314)  berikut ini :
1.    Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu. Faktor dari dalam diri individu tersebut terdiri atas beberapa hal :
a.    Adanya Kebutuhan
Menurut Ngalim Purwanto “Tindakan yang dilakukan oleh manusia pada hakikatnya adalah untuk memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan fisik maupun psikis”. Dari pendapat tersebut, ketika keluarga memberikan motivasi kepada anak haruslah diawali dengan berusaha mengetahui terlebih dahulu apa kebutuhan-kebutuhan anak yang akan dimotivasi. “memahami kebutuhan anak adalah semata-mata untuk member peluang pada anak memilih berbagai alternatif yang tersedia dalam suatu lingkungan yang kaya stimulasi”. Berdasarkan pendapat tersebut dapat dipahami bahwa orang tua harus mengetahui kebutuhan anak.
b.    Persepsi individu megenai diri sendiri
Seseorang termotivasi atau tidak untuk melakukan sesuatu banyak bergantung pada proses kognitif berupa persepsi. Persepsi seseorang tentang dirinya sendiri akan mendorong dan mengarahkan perilaku seseorang untuk bertindak.
c.    Harga diri dan prestasi
Faktor ini mendorong aau mengarahkan individu (memotivasi) untuk berusaha agar menjadi pribadi yang mandiri, kuat dan memperoleh kebebasan serta mendapatkan status tertentu dalam lingkungan masyarakat, serta dapat mendorong individu untuk berprestasi.
d.   Adanya cita-cita dan harapan masa depan
Cita-cita dan harapan merupakan informasi objektif dari lingkungan yang memengaruhi sikap dan perasaan subjektif seseorang. Harapan merupakan tujuan dari perilaku yang selanjutnya menjadi pendorong.
e.    Keinginan tentang kemajuan dirinya
Menurut sadirman “melalui aktualisasi diri pengembangan kompetensi akan meningkatkan kemajuan diri seseorang. Keinginan dan kemajuan diri ini menjadi salah satu keinginan bagi setiap individu”.
f.     Minat
Motivasi muncul karena ada kebutuhan, begitu juga minat sehingga tepatlah kalau minat merupakan alat motivasi yang pokok.
g.    Kepuasan kinerja
Kepuasan kinerja lebih merupakan suatu dorongan afektif yang muncul dalam diri individu untuk mencapai goal atau tujuan yang diinginkan dari suatu perilaku.
2.    Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri individu.Faktor eksternal diantaranya :
a.    Pemberian hadiah
b.    Kompetensi
c.    Hukuman
d.   Pujian
e.    Situasi lingkungan
f.     Sistem imbalan yang diterima.
Dengan demikian, motivasi dapat dikatakan bahwa motivasi itu sebagai sesuatu yang kompleks. Motivasi akan menyebabkan suatu perubahan energi yang berasal dari dalam diri individu (internal) maupun dari luar diri individu (eksternal).
d.   Proses Motivasi
Proses motivasi meliputi siklus yang disingkat AIDA, yaitu Attention (perhatian), Interest (tertarik), Desire (terangsang), dan Action (tindakan). Manusia termotivasi karena ada perhatian. Ada perhatian menimbulkan ketertarikan. Ketertarikan menimbulkan rangsangan. Rangsangan menimbulkan tindakan atau aksi (Husaini Usman, 2011:253)
2.2.2 Orang Tua
Orang tua menurut (W.J.S Poerdarminta, 1992:688), yang dimaksud dengan orang tua adalah bapak dan ibu. Menurut (H.M. Arifin, 1976:75) Dalam bukunya Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di Lingkungan Sekolah dan Keluarga, mengatakan bahwa “orang tua adalah sebagai pemelihara dan pelindung bagi keluarganya.
Dalam (Depdikbud, 1990:629), Orang tua (kadang-kadang ditulis orangtua dan orang tua) artinya “ayah dan ibu kandung. Sementara Didalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 27 tahun 1990 tentang Pendidikan prasekolah, Pasal 1 ayat 4 dinyatakan bahwa “orang tua adalah ayah dan atau ibu atau wali anak didik yang bersangkutan”.
Dari uraian di atas, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa orang tua ialah ayah dan ibu yang bertanggung jawab atas segala yang ada di rumah tangganya. Semenjak anak belum mengenal lingkungan sekolah, orang tua perlu terlebih dahulu memberikan pendidikan berupa bimbingan yang akan mengarahkan anak ke arah yang lebih baik setelah anak menginjak usia sekolah.
Adapun menurut pendapat penulis sendiri bahwa orang tua adalah bapak atau ibu yang bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup pendidikan anaknya dalam mencapai tujuan hidup yang di inginkan. Jadi Motivasi orang tua yang penulis maksud dalam penelitian ini adalah dorongan atau sebab-sebab ayah dan ibu kandung atau walinya, atau kecenderungan orang tua melakukan sesuatu karena ada faktor-faktor yang mempengaruhi dalam diri orang tua, sehingga orang tua termotivasi untuk menyekolahkan anak pada MI Walisongo Bugangan.
2.2.3 Pengertian Manajemen Budaya Sekolah
a. Manajemen
Menurut (Wahyudi, 2009:8) secara umum manajemen berarti pengelolaan usaha; kepengurusan; ketatalaksanaan penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai suatu sistem pengelolaan dan penataan sumber daya pendidikan, tenaga kependidikan, peserta didik, masyarakat, kurikulum, dana, sarana dan prasarana pendidikan, tata laksana dan lingkungan pendidikan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
Menurut Mari Parker Follet manajemen adalah suatu seni untuk melakukan suatu pekerjaan melalui orang lain. Artinya bahwa untuk mencapai tujuan organisasi, manajer tidak dapat melaksanakan tugasnya sendiri tetapi juga melibatkan orang lain (Lukman Chakim, 2012:1).
Menurut Terry “Management is a distict process consisting of planning, organizing, actuating, and controlling, performed to determine abd accomplish stated objectives by the use of human being and other resources”. Ini mengandung arti bahwa manajemen adalah proses pengelolaan yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan yang dilaksanakan untuk menentukan serta mencapai sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan SDM dan sumber-sumber. Pendapat Terry sesuai dengan pendapat Prof. Dr. Arifin Abdurrachman yang mengemukakan bahwa manajemen adalah kegiatan-kegiatan untuk mencapai sasaran-sasaran dan tujuan pokok yang telah ditentukan dengan menggunakan orang-orang pelaksana (Purwanto, 2004:7).
Manajemen sering diartikan sebagai ilmu, kiat, dan profesi. Dikatakan sebagai ilmu oleh Luther Gulick karena manajemen dipandang sebagai suatu bidang pengetahuan yang secara sistematik berusaha memahami megapa dan bagaimana orang bekerjasama. Dikatakan sebagai kiat oleh Follet karena manajemen mencapai sasaran melalui cara-cara dengan mengatur orang lain dalam menjalankan tugas. Dipandang sebagai profesi karena manajemen dilandasi oleh keahlian khusus untuk mencapai suatu prestasi manajer, dan para professional dituntun oleh suatu kode etik (Fatah, 2013:1)
Hersey dan Blanchard mengatakan pengelolaan atau manajemen merupakan kegiatan yang dilakukan bersama dan melalui seseorang serta kelompok dengan maksud untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi (Sudjana, 2004:17).
Dalam pendidikan manajemen itu dapat diartikan sebagai aktifitas memadukan sumber-sumber pendidikan agar terpusat dalam usaha mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan sebelumnya (Made Pidarta, 1988:4). Demikian pula yang dipaparkan (Husaini Usman, 2011:5) Manajemen dalam arti luas adalah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian (P4) sumberdaya organisasi untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien (dalam arti luas). Manajemen dalam arti sempit adalah manajemen sekolah/madrasah yang meliputi: perencanaan program sekolah/madrasah, pelaksanaan program sekolah/madrasah, kepemimpinan kepala sekolah/madrasah, pengawas/evaluasi, dan sistem informasi sekolah.
Bendasar dari pendapat para ahli tersebut, tampak bahwa dalam. pandangan penulis manajemen dapat dijadikan sebagai sebuah aktivitas kemampuan atau keterampilan untuk menggerakkan dan memengaruhi sumber daya manusia dan sumber daya lain dalam rangka untuk mencapai tujuan yang telah disepakati bersama.
Manajemen secara fungsional merupakan kegiatan yang terdiri dari perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing) yang di dalamnya terdapat penetapan struktur organisasi, pengisian orang-orang yang akan mengisi struktur tersebut yang selanjutnya dikenal staffing, pelaksanaan (actuating), yang pelaksanaan atas segala sesuatu yang telah direncanakan dan diorganisasikan, pengawasan (controling), yakni melakukan tindakan yang diarahkan pada upaya mengawasi secara cermat dan saksama terhadap berbagai kemungkinan terjadinya penyimpangan terhadap sesuatu yang telah direncanakan, penilaian (evaluating) yakni menilai segala sesuatu yang telah direncanakan dan dikerjakan, dan pembinaan atau perbaikan (supervising) agar sesuatu itu dapat mencapai hasil yang maksimal (Nata Abuddin, 2012:359)
Langkah-langkah manajemen merupakan proses yang sangat mempengaruhi keberhasilan suatu manajemen. Kegiatan tersebut adalah fungsi-fungsi manajemen yang meliputi:
a.    Perencanaan (Planning), ialah menetapkan pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh kelompok untuk mencapai tujuan yang digariskan.
b.    Pengorganisasian (Organizing), pengorganisasian merupakan keseluruhan proses pengelompokan semua tugas, tanggung jawab, wewenang, dalam proses kerja sama dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan.
c.    Penggerakan (Actuating), adalah mencakup kegiatan yang dilakukan seorang manager untuk mengawali dan melanjutkan kegiatan yang ditetapkan oleh unsur perencanaan dan pengorganisasian agar tujuan dapat tercapai.
d.   Pengawasan (Controling), pengawasan mencakup kegiatan tugas untuk melihat apakah kegiatan-kegiatan sudah dilaksanakan sudah sesuai dengan rencana (Terry, 2009:17).
b.    Budaya Sekolah
Bentuk jamak dari budaya adalah kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta budhayah yang merupakan bentuk jamak dari budi, yang artinya akal atau segala sesuatu yang berhubungan dengan akal pikiran dan budi manusia (Aan Komariah dan Cepi Triatna, 2006:96). Istilah “budaya” mula-mula datang dari disiplin ilmu Antropologi Sosial. Apa yang tercakup dalam definisi budaya sangatlah luas. Menurut (Asmaun Sahlan, 2010:70) Istilah budaya dapat diartikan sebagai totalitas pola perilaku, kesenian, kepercayaan, kelembagaan, dan semua produk lain dari karya dan pemikiran manusia yang mencirikan kondisi suatu masyarakat atau penduduk yang ditransmisikan bersama.
Nurkholis (2003:45) bahwa budaya sekolah sebagai pola, nilai-nilai, norma-norma, sikap, ritual, mitos, dan kebiasaan-kebiasaan yang dibentuk dalam perjalanan panjang sekolah. Kategori dasar yang menjadi ciri-ciri budaya sekolah sebagai organisasi merupakan fondasi konseptual yang tidak tampak yang terdiri dari: nilai-nilai, falsafah, dan ideologi yang berinteraksi dengan simbol-simbol dan ekspresi yang tampak yaitu: (a) manifestasi konseptualverbal yang mencakup tujuan dan sasaran, kurikulum, bahasa, kiasan-kiasan, sejarah organisasi, kepahlawanan-kepahlawanan organisasi dan struktur organisasi; (b) manifestasi perilaku yang meliputi ritual-ritual, upacara-upacara, proses belajar mengajar, prosedur operasional, aturan-aturan, penghargaan dan sanksi, dorongan psikologis dan sosial dan bentuk interaksi dengan orang tua dan masyarakat; (c) manifestasi dan simbol-simbol material-visual yang meliputi fasilitas dana peralatan, peninggalan-peninggalan, keuangan, motto, dan seragam.
Ansar & Masaong (2011:187) mengemukakan budaya sekolah merupakan sistem nilai sekolah dan akan mempengaruhi cara pekerjaan dilakukan serta cara warga sekolah berperilaku. Budaya sekolah dibangun dari kepercayaan yang dipegang teguh secara mendalam tentang bagaimana sekolah seharusnya dikelola atau dioperasikan.
Jerald Greenberg (dalam Ansar & Masaong, 2011:186) menambahkan bahwa budaya sekolah diartikan sebagai sistem makna yang dianut bersama oleh warga sekolah yang membedakannya dengan sekolah lain. Jadi pada dasarnya budaya sekolah terkait erat dengan pandangan hidup yang dimiliki oleh sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah.
Menurut (H.A.R. Tilaar, 2000:67),  mengungkapkan budaya sekolah adalah nilai-nilai dominan yang didukung oleh sekolah atau falsafah yang menuntun kebijakan sekolah terhadap semua unsur dan komponen sekolah termasuk stakeholders pendidikan, seperti cara melaksanakan pekerjaan di sekolah serta asumsi atau kepercayaan dasar yang dianut oleh personil sekolah.
Langgulung (2007:67) mendefinisikan bahwa budaya sekolah merujuk pada suatu sistem nilai, kepercayaan dan norma-norma yang diterima secara bersama, serta dilaksanakan dengan penuh kesadaran sebagai perilaku alami, yang dibentuk oleh lingkungan yang menciptakan pemahama n yang sama diantara seluruh unsur dan personil sekolah baik itu kepala sekolah, guru, staf, siswa dan jika perlu membentuk opini masyarakat yang sama dengan sekolah.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa manajemen budaya sekolah merupakan kemampuan atau keterampilan mengelola sekumpulan nilai-nilai, norma-norma yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh kepala sekolah, guru, petugas admin, siswa atau warga sekolah. Budaya sekolah merupakan ciri khas, karakter atau watak, dan citra sekolah tersebut di masyarakat luas.
Berdasar pemaparan diatas maka manajemen budaya yang dimaksud disini meliputi perencanaan sebagai acuan dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan budaya sekolah tersebut. Kemudian pengorganisasian dimaksudkan untuk memperjelas siapa yang akan menjalankan dan apa yang akan dijalankan agar semua kegiatan-kegiatan tersebut dapat berjalan secara efektif. Selanjutnya penggerakan ditujukan untuk pelaksanaan hal-hal yang ditetapkan dalam perencanaan dan pengorganisasian. Sedangkan pengawasan digunakan untuk memastikan bahwa pelaksanaan kegiata-kegiatan yang dimaksud berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan.
c. Pengertian Budaya Sekolah Islami
Berdasar pemaparan pengertian budaya sekolah diatas maka demikian pula dengan  budaya sekolah islami yang tentunya berkaitan erat dengan kegiatan-kegiatan yang berlandaskan ajaran agama islam.
Sementara menurut (Usfuriyah, 2010:7) Budaya Islami yaitu suatu kondisi dimana sekolah telah menjadi bagian dalam pembentukan karakter keislaman terhadap warga sekolah baik secara fisik maupun dalam bentuk kegiatan-kegiatan yang bernuansa Islami.
Aspek Budaya Sekolah Islami menurut (Ramayulis, 2008:156), yaitu dengan melakukan berbagai kegiatan yang dapat mencerminkan suasana keagamaan, berupa:
1)        Do’a bersama sebelum dan sesudah melakukan kegiatan pembelajaran.
2)        Tadarus al-Qur’an (15-20 menit) sebelum jam pertama dimulai, dipimpin oleh guru yang mengajar pada jam pertama.
3)        Shalat dhuhur berjama’ah dan kultum (kuliah tujuh menit), atau bimbingn keagamaan secara berkala.
4)        Mengisi peringatan hari-hari besar keagamaan dengan kegiatan yang menunjang internalisasi nilai-nilai agama, dan menambah ketaatan beribadah.
5)        Mengintefsifkan praktik beribadah, baik ibadah mahdhah maupun ibadah sosial.
6)    Melengkapi bahan kajian mata pelajaran umum dengan nuansa keislaman yang relevan dengan nilai-nilai agama.
Definisi diatas menjelaskan bahwa manajemen budaya sekolah islami merupakan kemampuan atau ketrampilan mengelola suatu nilai-nilai, norma-norma dan kepercayaan berlandaskan ajaran agama islam yangdi integrasikan dengan proses pembelajaran di sebuah sekolah.
2.3    Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir merupakan sintesa tentang hubungan antar variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan (Sugiyono, 2008:60).
Pada penelitian ini kajian teori berfokus pada manajemen budaya sekolah islami, dimana setiap satuan lembaga pendidikan dihadapkan pada kompetisi antar sekolah. Untuk itu para pelaku pendidikan haruslah senantiasa mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi orangtua.
Begitu juga dengan MI Walisongo Bugangan dalam upaya penerapan manajemen budaya sekolah islami tentu harus memperhatikan pemanfaatan berbagai faktor pendukung lain seperti sarana prasarana, lingkungan, kebijakan dan lain sebagainya agar proses peningkatan motivasi orang tua berjalan dengan efektif dan maksimal. 
Berdasarkan kajian tersebut, maka dapat dibangun kerangka berfikir. Pada awalnya peneliti memaparkan tentang hal-hal yang berkaitan dengan manajemen budaya sekolah islami diantaranya mengenai perencanaan, pengorganisasian, pergerakan, pengevaluasian kegiatan-kegiatan islami yang menjadi ciri khas atau budaya sekolah tersebut. Selanjutnya mengenai motivasi orang tua meliputi faktor internal dan faktor eksternal. Kemudian observasi di lapangan untuk mengetahui dengan jelas bagaimana penerapan manajemen budaya sekolah islami dalam meningkatkan motivasi orang tua menyekolahkan anaknya di MI Walisongo Bugangan.
       

BAB III
METODE PENELITIAN


Pada bagian Bab ini menerangkan metodologi penelitian dimana di dalamnya menunjukkan seperti apa metode yang digunakan untuk penelitian. Metodologi penelitian ini sangat erat kaitannya dengan analisis yang akan diterangkan di Bab IV nantinya.
3.1    Lokasi Penelitian
Lokasi untuk penelitian ini di MI Walisongo Bugangan  Kecamatan Kedungwuni Kabupaten Pekalongan dengan obyek penelitian orang tua dan kepala Madrasah sebagai penentu kebijakan dalam penerapan budaya sekolah islami.
3.2    Jenis dan Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, pendekatan ini ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepso, pemikiran orang secara individual maupun kelompok (Nana Syaodih, 2012:60).
Metode yang digunakan untuk penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif yang diarahkan ke suatu penenlitian lapangan (field research). Kirk dan Miller menyatakan sebagaimana yang dikutip oleh Moleong bahwa penelitian kualitatif merupakan tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan social (social science) yang secara fundamental bergantung pada pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dan berkenaan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya. (Moleong, 2002:3)
Sedangkan jenis penelitiannya menggunakan metode deskriptif kualitatif. Yang dimaksud deskriptif yaitu penelitian yang diusahakan untuk menindra secara sistematis, factual dan akurat mengenai fakta yang ada. Penelitian dilakukan hanya untuk menerangkan suatu fakta melalui sajian-sajian data tanpa menguji hipotesis. Data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Dengan demikian laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Data tersebut mungkin berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto, videotape, dokumen pribadi, catatan atau memo, dan dokumen resmi lainnya (Moeleong, 1997:11). hal tersebut digunakan penulis untuk memaparkan dan menjelaskan hasil penelitian secara deskriptif. Sementara itu, dengan pendekatan lapangan (field research) digunakan untuk mencari dan mendapatkan data secara langsung.
Manajemen budaya sekolah islami dipandang sebagai faktor pendorong peningkatan produktivitas, input dan mutu pendidikan, karena itu para pengemban tugas di satuan lembaga pendidikan dalam menerapkan budaya sekolah islami haruslah dapat mencakup seluruh kebutuhan dan keinginan orang tua sebagai konsumen. Dimana orang tua sebagai konsumen adalah bagian dari proses peningkatan kuantitas sekolah/madrasah yang harus diperhatikan melalui manajemen budaya sekolah. 
Melalui penelitian ini diharapkan dapat ditemukan gambaran yang jelas bagaimana dan seperti apa penerapan manajemen budaya sekolah islami dalam meningkatkan motivasi orang tua di sekolah atau madrasah tersebut.
3.3 Subjek Penelitian
Subjek Penelitian adalah apa yang menjadi sasaran penelitian, yang tidak tergantung pada judul dan topik penelitian, tetapi secara kongkrit tergambarkan dalam fokus penelitian (Mutammam, 2014:36). Nara sumber atau informan adalah orang yang bisa memberikan informasi-informasi utama yang dibutuhkan dalam penelitian. Nara sumber atau informan itulah yang penulis maksud dengan subjek penelitian.
Subjek yang dimaksud dengan penelitian disini adalah sumber data dimana peneliti dapat memperoleh data yang diperlukan dalam rangka penelitian. Dalam mendapatkan sumber data penelitian, yang menjadi sumber penelitian adalah :
1.    Orang Tua
2.    Kepala Madrasah
3.4 Data dan Jenis Data
Menurut (Mutammam, 2014:37) Data adalah bentuk-bentuk ungkapan, kata-kata, angka, simbol, dan apa saja yang memberikan makna, yang memerlukan proses lebih lanjut. Data dapat berasal dari sumber data primer dan atau sekunder, yaitu :
1.    Data Primer yaitu data yang diperoleh secara langsung oleh peneliti dari responden atau informan. Sumber data primer ini seperti yang penulis lakukan untuk mencari informasi lewat wawancara dan observasi di MI Walisongo Bugangan agar dapat dikumpulkan berbagai informasi yang relevan dengan penelitian ini.
2.    Data Sekunder yaitu merupakan data yang diperoleh melalui pihak kedua.
Data sekunder ini seperti yang penulis lakukan untuk mendapatkan data diantaranya, kajian pustaka dari buku-buku yang berkaitan dengan teori dan konsep yang sesuai dengan variable yang diteliti, penelitian terdahulu, data siswa, struktur madrasah, dokumen-dokumen madrasah dan lain sebagainya.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada dasarnya diperoleh dari sumbernya, yakni keadaan dan lingkungan obyek penelitian, subyek-subyek yang terlibat kegiatan, kontak sosial dan aspek-aspek yang melingkupinya.Hal tersebut diamati secara langsung, diwawancarai, dibaca serta ditelaah hasil pemikirannya baik dalam bentuk tulisan maupun lisan atau yang dipahami oleh orang-orang yang ada disekitarnya untuk kemudian dijadikan bahan pertanyaan pada subyek tersebut (Dewi Hajar, 2005:100)
Untuk memperoleh data yang dilakukan dalam penelitian ini, menggunakan metode sebagai berikut:
a.    Metode Observasi
Menurut Sutrisno Hadi dalam (Sugiyono, 2011:203), observasi adalah suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.
Metode observasi atau pengamatan memungkinkan peneliti melihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat perilaku dan peristiwa yang terjadi pada keadaan sebenarnya. Peneliti dengan observasi ini mencatat dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan proporsional maupun pengetahuan yang langsung diperoleh dari data-data yang ada (Moloeng, 2002:126).
Adapun yang diobservasi dalam penelitian ini adalah keadaan sistem penerapan manajemen budaya sekolah islami yang ada di MI Walisongo Bugangan dan keadaan lingkungan masyarakat disekitarnya. Sehingga diharapkan akan didapatkan data-data yang sesuai dan bisa diambil untuk penyelesaian penelitian ini.
b.    Metode Wawancara
Wawancara dapat didefinisikan sebagai interaksi bahasa yang berlangsung antara dua orang dalam situasi saling berhadapan salah seorang, yaitu yang melakukan wawancara meminta informasi atau ungkapan kepada orang yang diteliti yang berputar di sektor pendapat dan keyakinan (Emzir, 2010:50).
Demikian pula menurut (Sutrisno Hadi, 2000:193), Metode wawancara ini berupa tanya jawab secara sistematik dengan mengacu pada masalah dan tujuan penelitian. Hal ini untuk mengetahui secara detail dan mendalam dari sumber yang ada terhadap fokus masalah yang diteliti.
Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh informasi tentang data proses penerapan manajemen budaya islami dan sejarah berdirinya MI Walisongo Bugangan, motivasi orang tua, melalui wawancara dengan kepala madrasah, orang tua siswa dan sumber lain yang dianggap relevan dan perlu.

c.    Metode Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.  Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang (Sugiyono, 2011:329).
Penulis menggunakan metode ini untuk mengetahui sejarah perkembangan sekolah, foto-foto, struktur madrasah, rekapitulasi guru, karyawan, siswa, sarana dan prasarana sekolah.
3.5  Analisis Data
Analisis data dalam penelitian kualitatif yang digunakan adalah teknik analisis data yang mengikuti konsep Miles dan Hubennan yaitu mengemukakan bahwa aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya jenuh (Sugiyono, 2011:91). Proses analisis data dalam penelitian ini dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, seperti wawancara, pengamatan, dan observasi. Data tersebut dianalisis melalui tiga komponen yang meliputi reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), dan kesimpulan atau verifikasi (conclution drawing/verification) (Sugiyono, 2008:92).
a.    Data Reduction (Reduksi Data)
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, mengfokuskan hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya. Proses reduksi dalam penelitian ini difokuskan pada kegiatan penerapan manajemen budaya sekolah islami yang dilakukan di MI Walisongo Bugangan Kecamatan Kedungwuni Kabupaten Pekalongan.
b.    Data Display (Penyajian Data)
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori. Proses penyajian data dalam penelitian ini adalah mengelompokkan data sesuai dengan tema tentang penerapan manajemen budaya sekolah islami dalam meningkatkan motivasi orang tua menyekolahkan anak yang dilakukan di MI Walisongo Bugangan Kecamatan Kedungwuni Kabupaten Pekalongan. serta usaha-usaha yang dilakukan untuk mengatasi hambatan-hambatan yang terjadi.
c.    Conclusion Drawing (Verification)
Adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang ditemukan masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap berikutnya. Tapi sebaliknya apabila ditemukan bukti-bukti yang valid maka kesimpulan yang ditemukan merupakan kesimpulan yang credible (Andi Prastowo, 2011:338).
Dalam penelitian ini setelah data ditampilkan secara sistematis baru diadakan analisis dan dilakukan pengujian kebenaran data yang diperoleh peneliti pada pihak-pihak lainnya yang dipercaya sehingga dapat disimpulkan bagaimana pelaksanaan manajemen budaya sekolah islami dalam meningkatkan motivasi orang tua menyekolahkan anak di MI Walisongo Bugangan Kecamatan Kedungwuni Kabupaten Pekalongan.

DAFTAR PUSTAKA

Abuddin, Nata. 2010. Manajemen Pendidikan : mengatasi kelemahan  Pendidiikan Islam di Indonesia. Jakarta:Kencana.
Ansar dan Masaong. 2011. Manajemen Berbasis Sekolah. Gorontalo: Sentra Media.
Arifin, M. 2010. Kepemimpinan Dan Motivasi Kerja.Yogyakarta:Teras.
Arifin, H. M. 1976. Hubungan Timbal balik pendidikan agama di lingkungan sekolah dan keluarga. Jakarta:Bulan Bintang.
Chakim, Lukman. 2012.Pengantar Manajemen. Pekalongan:STAIKAP Pekalongan Press TBM AN-NUR.
Departemen Agama RI. 1982. Al Qr'an dan Terjemah. Bandung:PT Pantja Simpati.
Depdiknas, 2003. Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Pendidikan Agama Islam SMP dan MA. Jakarta:Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas.
Departemen pendidikan dan kebudayaan RI. 1990. Kamus besar Bahasa Indonesia. Jakarta:Balai Pustaka.
Emzir, 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data. Jakarta:Raja Grafindo Persada.
Gunawan, Ari. 2002. Sosiologi Pendidikan. Jakarta:PT. Rineka Cipta.
Fatah, Nanang. 2013. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung:PT Remaja Rosdakarya.
Adi, Sutrisno. 2000.Metode Research II. Yogyakarta:Andi Offset.
Hajar, Dewi. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia dalam Pendidikan Islam (Studi Kasus di MAN Karanganom Klaten) Tesis.Yogyakarta:UIN Sunan Kalijaga.
Langgulung, Hasan. 2007. Manusia Dan Pendidikan. Jakarta: Pustaka Al-Husna.
Majid, Abdul. 2014. Strategi pembelajaran. Bandung:PT Remaja Rosdakarya.
Moleong, Lexy J. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung:Remaja Rosdakarya.
Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Muhaimin, 2003. Arah baru pengembangan islam, kurikulum hingga radefinisi Islamisasi Pengetahuan. Badung:Nuansa.
Mulyasa, E. 2002. Manajemen Berbasis Sekolah : Konsep  Strategi dan  Implementasi. Bandung:PT. Raja Grafindo Persada.
Mutammam, 2014.Panduan Penulisan Skripsi. Pekalongan:CV. Duta Media Utama bekerjasama dengan STIKAP Pekalongan.
Nasution, MN. 2010. Manajemen Mutu Terpadu. Jakarta: Ghalia.
Nata, Abuddin. 2012. Manajemen Pendidikan Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Nurkolis. 2003. Manajemen Berbasis Sekolah: Teori, Model dan Aplikasi. Jakarta: Gramedia.
Peraturan Pemerintah (PP) RI Nomor 27 pasal 1ayat 4. 1990. Pendidikan  Prasekolah.
Pidarta, Made. 1988. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta:RT Bina Aksara.
Poerdarminta,W.J.S. 1992. Kamus umum bahasa Indonesia. Jakarta:Balai Pustaka.
Prastowo, Andi. 2011. Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan. Jogjakarta:AR-RUZ MEDIA.
Purwanto, Ngalim. 2012. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung:PT. Remaja Rosdakarya.
Sahlan, Asmaun. 2010. Mewujudkan Budaya Religius di Sekolah Upaya Mengembangkan PAI dari Teori ke Aksi. Malang:UIN-MALIKI Press.
Simamora, Henry. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia.Yogyakarta:Bagian Penerbitan STIE YKPN.
Sukmadinata,Nana Syaodih. 2012.Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:Remaja Rosdakarya.
Sugiyono, 2011.Metode Penelitian PendidikanPendekatan Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Bandung:Alfabeta.
Sugiyono, 2007. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Tafsir, Ahmad. 2005.Ilmu pendidikan dalam perspektif islam. Bandung:PT Rosdakarya.
Terry, George R. 2009. Prinsip-prinsip Manajemen.Jakarta:Bumi Aksara.
Tilaar, H.A.R. 2000. Manajemen Pendidikan Nasional. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
Triatna,Cepi dan Aan Komariah. 2006. Visionary Leadership Menuju Sekolah Efektif.Jakarta:PT. Bumi Aksara.
Undang-undang Republik Indonesia. 2003. Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Pasal 3.
Usfuriyah, 2010. Penerapan Manajemen Budaya Sekolah Islami di SD 04 Sultan Agung Semarang. Semarang:IAIN Walisongo Semarang.
Usman, Husaini. 2011. Manajemen Teori, Praktek, dan Riset Pendidikan. Jakarta:PT Bumi Aksara.
Wahyudi. 2009. Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Organisasi Pembelajar. Bandung:Alfabeta.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "PENERAPAN MANAJEMEN BUDAYA SEKOLAH ISLAMI DALAM MENINGKATAN MOTIVASI ORANG TUA "

Posting Komentar

Disqus Shortname

Comments system