PENERAPAN MANAJEMEN BUDAYA SEKOLAH ISLAMI DALAM MENINGKATAN MOTIVASI ORANG TUA
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1
Konteks Penelitian
Dunia pendidikan saat ini menuai berbagai macam
tantangan, seiring dengan perkembangan globalisasi yang ditandai dengan percepatan teknologi komunikasi
dan transformasi informasi, menuntut lembaga pendidikan untuk masuk ke dalam
suatu pola interaksi yang sangat luas. Hal ini tercermin dalam berbagai bentuk
jaringan kerjasama dan berbagai pola kompetisi yang semakin ketat dan berat. Menurut (Nata Abuddin, 2010:207) Era globalisasi membawa dampak, tidak hanya positif
tetapi juga dampak negatif. Pengaruh yang dibawanya dapat menjadikan degradasi
moral dan yang lebih parah jika terjadi degradasi iman.
Penyelenggaraan proses pendidikan
di Indonesia merupakan bagian yang sangat penting dalam mengisi pembangunan
sebagai amanat dari hasil perjuangan kemerdekaan Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang telah mendapat perhatian serius dari berbagai pihak terlebih
dari pihak pemerintah khususnya. Hal ini sesuai dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 3 yaitu:
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab” (UUD, 2003:20).
Untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional seperti yang dikemukakan diatas diperlukan peningkatan dan
penyempurnaan segenap komponen pendidikan, yaitu pemerintah, masyarakat, orang tua,
serta pelaku pendidikan.
Maka di sinilah tantangan sekaligus peluang bagi pengelola
lembaga pendidikan Islam untuk mampu merealisasikan harapan orang tua dan masyarakat. Untuk mampu merealisasikan harapan orang tua dan masyarakat tersebut, tentunya setiap lembaga harus
memiliki strategi untuk meningkatkan kualitas pendidikannya.
MI Walisongo Bugangan sebagai
lembaga pendidikan yang berbasis islam merespon dengan berusaha meningkatkan kualitas pendidikan melalui berbagai upaya dalam rangka menerapkan budaya sekolah islami tentunya dalam bentuk-bentuk kegiatan yang
berhaluan islami, seperti kegiatan tadarus, doa bersama, sholat berjama’ah,
mengisi peringatan hari besar islam (HBI), dan lain sebagainya. Dengan demikian
diharapkan mampu membangun sebuah ciri khas maupun karakter sekolah yang mana
kelak menjadi budaya yang di patuhi seluruh warga sekolah/madrasah.
Nur Kholidah sebagai salah satu
orang tua peserta didik meyatakan “dengan adanya kegiatan-kegiatan berhaluan
islami yang dilakukan di MI Walisongo Bugangan membuat saya semakin percaya
menyekolahkan anak saya di MI Walisongo Bugangan”.
Berdasarkan observasi awal
dilapangan yang dilakukan nampak bahwa orang tua cenderung menyekolahkan anak ke MI Walisongo Bugangan
Kecamatan Kedungwuni Kabupaten Pekalongan. Terbukti MI Walisongo Bugangan dari
tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan dari jumlah peserta didik. Sedangkan sekolah lain yang juga
ada di Desa Bugangan yaitu Sekolah Dasar Negeri Bugangan (SD N Bugangan)
Kecamatan Kedungwuni Kabupaten Pekalongan justru mengalami penurunan jumlah
peserta didik dari tahun ke tahun.
Mengingat lokasi keberadaan MI Walisongo
Bugangan sendiri berada di lingungan Desa Bugangan Kecamatan Kedungwuni
Kabupaten Pekalongan. Lingkungan tersebut sejak dulu hingga sekitar lima tahun
yang lalu, masih sering terjadi pengikisan akhlak diantaranya masih terjadi
perkelahian, perjudian dan hal lainnya. Dewasa ini semakin meningkatnya
kesadaran orang tua akan pendalaman ilmu agama serta pengalaman masa lalu yang
tentunya menjadi salah satu faktor orang tua lebih memilih MI Walisongo
Bugangan yang mana pendidikan agama lebih banyak dipelajari dibanding
pendidikan agama yang ada di Sekolah Dasar (SD).
Sementara dari hasil observasi
sementara pula, didapatkan bebagai macam alasan ataupun motivasi orang tua
dalam memilih lembaga pendidikan untuk anaknya. Salah satunya karena keberadaan
kegiatan–kegiatan yang berbasis islami yang dilakukan di MI Walisongo Bugangan.
Dari berbagai motivasi tersebut maka MI Walisongo Bugangan sudah seharusnya
meningkatkan pemahaman mengenai motivasi orang tua, agar kebijakan yang akan
diambil kedepannya dapat disesuaikan sehingga menambah kepercayaan orang tua
maupun masyarakat terhadap MI Walisongo Bugangan.
Motivasi menurut M. Arifin (2010:27) dalam bukunya yang berjudul
“Kepemimpinan dan Motivasi Kerja” adalah: “suatu faktor yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu perbuatan
atau kegiatan tertentu, oleh karena itu motivasi sering kali diartikan pula
sebagai faktor pendorong perilaku seseorang.”
Sebagaimana yang di ungkapkan (Mulyasa, 2002:11), bahwa Pendidikan merupakan hal yang paling penting bagi
setiap anak. Dimana dalam pendidikan, anak memperoleh ilmu pengetahuan yang sangat berguna bagi
masa depannya. Oleh karena itu orang tua berkewajiban mendidik anak, karena
pendidikan yang pertama didapat anak adalah dari keluarga atau orang tua.
Selain itu orang tua juga harus memantau belajar anak agar termotivasi dalam
belajar dan mendapat prestasi yang baik. Pendidikan yang kedua yaitu pendidikan
di sekolah, sekolah sebagai lembaga pendidikan yang sangat berperan dalam
proses sosialisasi individu agar menjadi anggota masyarakat yang bermakna bagi
masyarakat. Melalui pendidikan terbentuklah kepribadian seseorang dan
perkembangan masyarakat yang dipengaruhi oleh sikap pribadi-pribadi di dalamnya (Ari Gunawan, 2002:54).
Orang tua sebagai pendidik dan memegang peranan penting dalam
pembentukan kepribadian anak sebelum ia memasuki pendidikan di sekolah atau di
masyarakat, karena itu orang tua harus memberikan bimbingan terhadap anak
terlebih dahulu daripada guru atau pendidik lainnya di masyarakat. Inilah yang disebut dengan pendidikan keluarga.
Dalam dunia pendidikan Islam yang paling bertanggung jawab terhadap
pendidikan anak adalah orang tua, hal ini terdapat pada Al-Qur’an surah
At-Tahriim ayat 6.
“Hai
orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka
yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa
yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan”(Qs. At-Tahriim, 66:6)
Secara jelas dalam ayat di atas menerangkan bahwa orang tua berkewajiban
mendidik anak dengan pendidikan yang baik sehingga diharapkan menjadi
generasi-generasi yang baik sesuai dengan tuntunan agama Islam.
Peran serta dan motivasi orang tua terhadap anak sangat besar
pengaruhnya, karena tanpa pengaruh dan motivasi
orang tua maka anak akan sulit menentukan pendidikan yang cocok dan sesuai
dengannya. Karena, anak belum dapat memilih sendiri dan keterbatasan cara
berpikirnya. Dengan demikian jelas bahwa peran serta motivasi orang tua dalam
mengarahkan pendidikan anak sangat berperan dan
menentukan sekali dalam proses pembentukan kepribadian anak. Motivasi orang tua
dalam mengarahkan pendidikan anaknya tentunya mempunyai tujuan yang
berbeda-beda dan dipengaruhi oleh berbagai aspek dan faktor.
Dewasa ini semakin ketatnya persaingan antar lembaga pendidikan, Madrasah
Ibtidaiyah Walisongo Bugangan sebagai salah satu lembaga pendidikan yang ada di
Desa Bugangan Kecamatan Kedungwuni Kabupaten Pekalongan selalu berusaha
bersaing sehat, tentunya dalam bersaing perlu kiranya menonjolkan
karakter diri agar konsumen tertarik, diantaranya dengan menggiatkan berbagai
program maupun berbagai kegiatan nyata yang berbasis budaya islami itulah sebagai wujud nyata
menunjukkan karakter atau ciri khas diri suatu lembaga pedidikan, guna menjawab kebutuhan dan
meyakinkan masyarakat terkhusus kepada orangtua, bahwa MI Walisongo Bugangan
sesuai dengan kebutuhan yang mereka inginkan.
Selain itu bentuk-bentuk kegiatan
islami di MI Walisogo Bugangan juga sebagai wujud eksistensi sebuah satuan lembaga pendidikan yang masih
aktif pengelolaannya, serta menyakinkan masyarakat dan konsumen (peserta didik, orang tua, serta pihak-pihak terkait lainnya) bahwa layanan
jasa pendidikan yang diselenggarakan MI Walisongo Bugangan sungguh relevan dengan kebutuhan mereka.
Untuk menumbuhkan nilai-nilai keislaman pada pelajaran atau peserta
didik, diperlukan adanya program yang memadukan antara pelajaran umum dengan
nilai-nilai budaya agama pada setiap kegiatan belajar mengajar.
Mengintegrasikan ilmu pengetahuan dengan agama adalah satu usaha yang muncul
sebagai reaksi terhadap adanya konsep dikotomi antara agama dan ilmu
pengetahuan yang dimasukkan masyarakat barat dan budaya masyarakat modern.
Program ini selain bermunculan dari pemikiran yang komplementer dalam
penyadaran nilai agama, dapat dianggap sebagai hal baru oleh sejumlah sekolah
yang baru melaksanakannya (Muhaimin, 2003:23).
Sejatinya upaya penerapan budaya sekolah
islami mempunyai landasan yang jelas yang tertera secara konstitusional dan
juga secara pedoman agama. Dengan demikian sudah sepatutnya lembaga pendidikan
mengerahkan upaya-upaya dalam rangka penerapan budaya islami, sekalipun pada
lembaga pendidikan yang berbasis islam.
Sebagaimana landasan secara konstitusional dapat dipahami
dari UUD 1945, Pancasila sebagai dasar Negara UUD Sisdiknas Nomor 20 Tahun
2003. Dan perlu juga memperhatikan pengertian pendidikan islam berikut:
“Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan
terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati
hingga mengimani, bertaqwa, dan berakhlak mulia dalam mengamalkan aaran agama
Islam dari sumber utamanya kitab suci Al Qur’an dan Hadits, melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman. Dibarengi tuntutan untuk menghormati penganut agama
lain dalam masyarakat hingga terwujudnya kesatuan dan persatuan bangsa.
(Depdiknas, 2003:7).
Hal tersebut di perkuat dengan Permendiknas
No. 22 Tahun 2006 tentang standar Isi “Mewujudkan manusia Indonesia yang taat
beragama dan berakhlak mulia yaitu manusia
yang berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas, produktif, jujur, adil, etis,
berdisiplin, bertoleransi (tasamuh), menjaga keharmonisan secara personal, dan
sosial serta mengembangkan budaya agama dalam komunitas madrasah”
Sedangkan landasan secara pedoman agama dapat dipahami
dari firman Allah SWT. Dalam Qs. Al-Baqarah : 208 sebagai berikut :
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu
ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu” (Qs. Al-Baqarah, 2: 208).
Dasar yang sudah jelas itulah, maka sudah
sewajarnya setiap satuan Pendidikan
untuk menggiatkan berbagai upaya dalam peningkatan budaya islami disekolah yang
dikelola masing-masing. Sekaligus sebagai penyelaras dengan tujuan pendidikan
nasional dalam mengembangkan dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional
dan tujuan pendidikan islami tersebut dibutuhkan manajemen yang profesional
pada beberapa aspek, di antaranya aspek pendidiknya, kurikulumnya, sarana
prasarananya, metodologi pengajarannya, materi pelajarannya, budaya
sekolah/madrasah, keuangannya dan segala aspek yang berkaitan dengan
terwujudnya pendidikan dengan baik. Dengan
adanya perubahan pola manajemen pemerintahan dari sentralistis ke
desentralistis yang menuntut pula bidang pendidikan untuk mandiri dalam menerapkan
budaya sekolah pada masing-masing satuan
lembaga pendidikan, dengan tidak mengabaikan kebijakan-kebijakan
yang ditetapkan oleh pemerintah daerah maupun pusat. Perubahan ini membawa
angin segar bagi dunia pendidikan Indonesia karena sekolah/madrasah mendapat kebebasan dalam mendesain proses belajar mengajarnya
sesuai dengan visi misi sekolah, harapan penyelenggara pendidikan, orang tua,
masyarakat dan karakteristik daerah tersebut.
Demikian juga menurut (Ahmad Tafsir, 2005:51),
bahwa Pada latar sekolah Islam, norma-norma agama senantiasa dijadikan sumber
pegangan yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan, keseharian, dan
simbol-simbol yang dipraktikkan oleh seluruh warga sekolah.
Penerapan kegiatan-kegiatan yang bernuansa
islami tentu menjadi suatu nilai tersendiri dimata masyarakat. Lantas bagaimana
penerapan kegiatan-kegiatan islami yang dijadikan sebagai suatu budaya sekolah
islami di MI Walisongo Bugangan hingga saat ini. Konsistensi serta efektifitas
dalam penerapan manajemen budaya sekolah
islami di MI Walisongo Bugangan sangatlah penting untuk menanggulangi berbagai kendala yang ada.
Sehingga output atau hasilnya dapat
memuaskan semua pihak di lingkungan MI Walisongo Bugangan.
Dari pemaparan di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian di lembaga pendidikan Madrasah Ibtidaiyah Walisongo Bugangan
Kedungwuni Pekalongan. Penelitian ini dilakukan atas dasar
Madrasah Ibtidaiyah Walisongo Bugangan Kedungwuni Pekalongan merupakan lembaga
pendidikan yang menerapkan kegiatan-kegiatan budaya sekolah islami, memiliki
kualitas terakreditasi B, memiliki jumlah siswa yang cukup banyak dan selalu
meningkat ditiap tahunnya, mempunyai guru-guru profesional serta fasilitas yang
cukup memadai serta kegiatan-kegiatan yang berhaluan islami yang mana telah
menjadi budaya/ciri khas sekolah tersebut. Dengan demikian menjadi nilai tawar
untuk bersaing dengan lembaga pendidikan lain. Bagaimana cara Madrasah
Ibtidaiyah Walisongo Bugangan Kedungwuni Pekalongan ini sehingga mampu
mengelola manajemen budaya sekolah islami sampai tujuan lembaga pendidikan ini
dapat tercapai dan mampu bersaing dengan Sekolah/Madrasah lainnya.
Namun pada intinya
penulis merasa tertarik mengadakan penelitian lebih mendalam tentang kebenaran
motivasi orang tua menyekolahkan anaknya di MI Walisongo Bugangan yang
dikarenakan adanya penerapan budaya sekolah islami di MI Walisongo Bugangan.
Maka pada penelitian ini akan dipaparkan dengan cara deskriptif dengan mengambil
judul “PENERAPAN MANAJEMEN BUDAYA SEKOLAH ISLAMI DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI
ORANG TUA MENYEKOLAHKAN ANAK DI MI WALISONGO BUGANGAN”.
1.2
Fokus Penelitian
Seperti
diuraikan di atas bahwa penerapan manajemen budaya sekolah islami mempengaruhi
banyak hal, dalam waktu yang sama, penulis memiliki sejumlah keterbatasan,
terutama waktu, biaya, tenaga, dan kemampuan
akademik. Menyadari kondisi tersebut dan terutama sesuai kaidah
keilmuan, maka fokus penelitian ini dibatasi hanya pada masalah penerapan
manajemen budaya sekolah, motivasi orang tua menyekolahkan anak di MI Walisongo
Bugangan Kecamatan Kedungwuni Kabupaten Pekalongan.
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan
masalahnya adalah :
1. Bagaimana Penerapan Manajemen Budaya Sekolah
Islami di MI Walisongo Bugangan?
2. Bagaimana motivasi orang tua menyekolahkan
anaknya di Madrasah Ibtidaiyah Walisongo Bugangan?
3. Bagaimana Penerapan Manajemen Budaya Sekolah
Islami dalam meningkatkan motivasi orang tua menyekolahkan anaknya di Madrasah
Ibtidaiyah Walisongo Bugangan?
1.3
Tujuan Penelitian
Berangkat
dari permasalahan yang telah penulis paparkan dalam rumusan masalah diatas,
maka ada beberapa hal yang menjadi tujuan penelitian, yaitu antara lain:
a.
Untuk mengetahui penerapan manajemen budaya sekolah islami di MI
Walisongo Bugangan.
b.
Untuk mengetahui motivasi orang tua menyekolahkan anaknya di MI
Walisongo Bugangan Kecamatan Kedungwuni Kabupaten Pekalongan.
1.4
Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a.
Memberikan gambaran bagi MI Walisongo Bugangan untuk meningkatkan penerapan manajemen budaya sekolah islami.
b.
Meningkatkan kemampuan dan
kreatifitas bagi para guru dalam pengetahuan dan keterampilan.
c.
Untuk meningkatkan pemahaman
terhadap motivasi orang tua dalam memilih MI Walisongo Bugangan, dalam upaya
mendukung strategi pengembangan MI Walisongo Bugangan di masa yang
akan datang.
d.
Sebagai sumber informasi bagi
penelitian-penelitian yang akan datang, serta memberi kontribusi keilmuan bagi
semua aktivitas akademik dalam bidang manajemen pendidikan.
2.
Manfaat Praktis
a.
Bagi Penulis
Menambah wawasan penulis mengenai wacana nilai pendidikan khususnya
pendidikan Islam, untuk selanjutnya dijadikan sebagai acuan dalam bersikap dan
berperilaku.
b.
Bagi Lembaga Pendidikan
1)
Sebagai masukan yang membangun guna meningkatkan kualitas lembaga
pendidikan yang ada, termasuk para pendidik yang ada di dalamnya, dan penentu
kebijakan dalam lembaga pendidikan, serta pemerintah secara umum.
2)
Dapat menjadi pertimbangan untuk diterapkan dalam dunia pendidikan
pada lembaga-lembaga pendidikan yang ada di Indonesia serta sebagai solusi
terhadap permasalahan pendidikan yang ada.
c.
Bagi
Ilmu Pengetahuan
Sebagai bahan
referensi dalam ilmu pendidikan sehingga dapat memperkaya dan menambah
wawasan.
d.
Bagi peneliti berikutnya
Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan atau dikembangkan lebih
lanjut, serta referensi terhadap penelitian yang sejenis.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Hasil-hasil Penelitian Terdahulu
Sebagai
kajian pustaka, tentunya penulis akan mendeskripsikan beberapa penelitian
terdahulu yang ada relevansinya dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis:
1. Penelitian
yang dilakukan oleh Usfuriyah tahun
2010 dengan judul PenerapanManajemen BudayaSekolah
Islami Di SD Islam SultanAgung 04 Semarang. Penelitian ini di dalamnya hanya membahas satu variabel yaitu mengenai penerapan manajemen
budaya islami di SD Islam Sultan Agung 04 Semarang serta membahas
pula gambaran tentang beberapa faktor pendukung dan penghambatnya. Sedangkan penelitian kali ini akan memaparkan antara dua variabel
yaitu penerapan manajemen budaya sekolah islami dalam meningkatkan motivasi
orang tua.
2. Penelitian selanjutnya oleh Alif Sarifudin dengan judul “Analisis
Motivasi Orang Tua Menyekolahkan Anaknya di SMK Muhammadiyah 2 Playen
Gunungkidul Yogyakarta Tahun Pelajaran 2013/2014.Penelitian ini di dalamnya membahas
analisis motivasi orang tua menyekolahkan anaknya di SMK Muhammadiyah 2 Playen
Gunungkidul Yogyakarta.
3. Skripsi karya Teko Asih, yang berjudul “Studi
Komparasi Motivasi Orang Tua Menyekolahkan Anak di MIS dan MIM (Studi di
Desa Kauman Wiradesa Pekalongan),
menyatakan bahwa motivasi dari orang tua dalam hal pendidikan merupakan sesuatu
dorongan yang memerlukan bimbingan dan bantuan untuk mempertahankan hidupnya
dan memperoleh kepandaian, ketrampilan dan pembentukan sikap demi keberlangsungan hidupnya kelak dan semua itu
bisa terwujud dengan pendidikan yang baik. Dengan demikian anak mempunyai bekal
pengetahuan dan ketrampilan untuk menghadapi
hidup dimasa yang akan datang.
Perbedaan penelitian terdahulu dan penelitian ini
terletak pada objek penelitian,variabel penelitian dan lokasi tempat penelitian. Sedangkan yang akan
dipaparkan dalam penelitian yaitu mengenai penerapan manajemen budaya sekolah
dalam meningkatkan motivasi orang tua menyekolahkan anaknya. Penelitian
terdahulu yang disebutkan diatas nantinya akan dijadikan sebagai sumber rujukan
dalam penelitian ini.
a. Pengertian Motivasi
Menurut Henry Simamora dalam bukunya yang berjudul Manajemen Sumber
Daya Manusia menjelaskan tentang motivasi, motivasi (motivation) adalah
dorongan psikologis yang mengarahkan seorang menuju sebuah tujuan. Kata
motivasi berasal dari kata latin movere, yang bermakna bergerak, namun
motivasi melibatkan lebih dari sekedar gerakan fisik. Motivasi melibatkan
gerakan fisik dan mental. Motivasi juga mempunyai sisi: gerakan dan motif.
Gerakan dapat dilihat, akan tetapi motif harus disimpulkan (Henry Simarora, 2006:456).
Motivasi menurut Gitosudarmo
dan mulyono dalam dalam bukunya Drs. M. Arifin (2010:27-28) yang berjudul “Kepemimpinan dan Motivasi
Kerja” adalah: “suatu faktor yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu
perbuatan atau kegiatan tertentu, oleh karena itu motivasi sering kali
diartikan pula sebagai faktor pendorong perilaku seseorang.”
Sedangkan (Husaini Usman, 2011:250)
Menerangkan, motivasi ialah keinginan untuk berbuat sesuatu. Motivasi merupakan
keinginan yang terdapat pada seseorang individu yang merangsangnya untuk
melakukan tindakan-tindakan atau sesuatu yang menjadi dasar atau alasan
seseorang berperilaku.
Demikian pula menurut (Abdul Majid, 2014:
308) bahwa motivasi merupakan satu penggerak dari dalam hati seseorang untuk
melakukan atau mencapai suatu tujuan. Motivasi juga bisa dikatakan sebagai
rencana atau keinginan untuk menuju kesuksesan dan menghindari segala kegagalan
hidup. Dengan kata lain, motivasi adalah sebuah proses untuk tercapainya suatu
tujuan.
Dari beberapa pengertian diatas dapat di simpulkan bahwa
motivasi adalah suatu pendorong yang ada dari dalam diri seseorang untuk
melakukan kegiatan atau aktifitas yang nyata dalam upaya mencapai sebuah
tujuan.
b. Fungsi Motivasi
(Abdul Majid, 2014:309) dalam bukunya yang
berjudul “Strategi Pembelajaran” mengungkapkan fungsi motivasi menurut Sadirman antara lain sebagai
berikut :
1. Mendorong manusia untuk berbuat. Artinya motivasi bisa dijadikan sebagai
penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan
motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
2. Menentukan arah perbuatan kearah tujuan yang hendak dicapai. Dengan
demikian, motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan
sesuai dengan rumusan tujuannya.
3. Menyeleksi perbuatan, yaitu menentukan perbuatan-perbuatan apa yang
harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan dengan menyisikan
perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat dagi tujuan tersebut.
Dengan hal tersebut jelas keberadaan
motivasi sangat penting, karena fungsinya untuk mendorong manusia untuk berbuat kemudian dapat
mengarahkannya dan menyeleksi atau menentukan perbuatan yang sesuai. Namun
bukan berarti seseorang dapat memutuskan memilih menyekolahkan anaknya di MI
Walisongo Bugangan itu tidak hanya dipengaruhi oleh motivasi saja, melainkan
banyak faktor yang memengaruhinya, dan motivasi adalah hanya salah satunya.
c. Sumber Motivasi
Berkaitan dengan sumber motivasi, dapat
dilihat pada uraian (Abdul Majid, 2014:311-314)
berikut ini :
1. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu.
Faktor dari dalam diri individu tersebut terdiri atas beberapa hal :
a. Adanya Kebutuhan
Menurut Ngalim Purwanto “Tindakan yang dilakukan oleh manusia pada
hakikatnya adalah untuk memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan fisik maupun
psikis”. Dari pendapat tersebut, ketika keluarga memberikan motivasi kepada
anak haruslah diawali dengan berusaha mengetahui terlebih dahulu apa kebutuhan-kebutuhan
anak yang akan dimotivasi. “memahami kebutuhan anak adalah semata-mata untuk
member peluang pada anak memilih berbagai alternatif yang tersedia dalam suatu
lingkungan yang kaya stimulasi”. Berdasarkan pendapat tersebut dapat dipahami
bahwa orang tua harus mengetahui kebutuhan anak.
b. Persepsi individu megenai diri sendiri
Seseorang termotivasi atau tidak untuk melakukan sesuatu banyak
bergantung pada proses kognitif berupa persepsi. Persepsi seseorang tentang
dirinya sendiri akan mendorong dan mengarahkan perilaku seseorang untuk
bertindak.
c. Harga diri dan prestasi
Faktor ini mendorong aau mengarahkan individu (memotivasi) untuk
berusaha agar menjadi pribadi yang mandiri, kuat dan memperoleh kebebasan serta
mendapatkan status tertentu dalam lingkungan masyarakat, serta dapat mendorong
individu untuk berprestasi.
d. Adanya cita-cita dan harapan masa depan
Cita-cita dan harapan merupakan informasi objektif dari lingkungan yang
memengaruhi sikap dan perasaan subjektif seseorang. Harapan merupakan tujuan
dari perilaku yang selanjutnya menjadi pendorong.
e. Keinginan tentang kemajuan dirinya
Menurut sadirman “melalui aktualisasi diri pengembangan kompetensi akan
meningkatkan kemajuan diri seseorang. Keinginan dan kemajuan diri ini menjadi
salah satu keinginan bagi setiap individu”.
f. Minat
Motivasi muncul karena ada kebutuhan, begitu juga minat sehingga
tepatlah kalau minat merupakan alat motivasi yang pokok.
g. Kepuasan kinerja
Kepuasan kinerja lebih merupakan suatu dorongan afektif yang muncul
dalam diri individu untuk mencapai goal atau tujuan yang diinginkan dari suatu
perilaku.
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri individu.Faktor
eksternal diantaranya :
a. Pemberian hadiah
b. Kompetensi
c. Hukuman
d. Pujian
e. Situasi lingkungan
f. Sistem imbalan yang diterima.
Dengan demikian, motivasi dapat dikatakan bahwa motivasi itu sebagai
sesuatu yang kompleks. Motivasi akan menyebabkan suatu perubahan energi yang
berasal dari dalam diri individu (internal) maupun dari luar diri individu (eksternal).
d. Proses Motivasi
Proses motivasi meliputi siklus yang disingkat AIDA, yaitu Attention
(perhatian), Interest (tertarik), Desire (terangsang), dan Action
(tindakan). Manusia termotivasi karena ada perhatian. Ada perhatian menimbulkan
ketertarikan. Ketertarikan menimbulkan rangsangan. Rangsangan menimbulkan
tindakan atau aksi (Husaini Usman, 2011:253)
2.2.2 Orang Tua
Orang tua menurut (W.J.S Poerdarminta, 1992:688), yang
dimaksud dengan orang tua adalah bapak dan ibu. Menurut (H.M. Arifin, 1976:75)
Dalam bukunya Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di Lingkungan Sekolah
dan Keluarga, mengatakan bahwa “orang tua adalah sebagai pemelihara dan
pelindung bagi keluarganya.
Dalam (Depdikbud, 1990:629), Orang tua (kadang-kadang ditulis orangtua dan orang tua)
artinya “ayah dan ibu kandung. Sementara Didalam Peraturan Pemerintah (PP)
Nomor 27 tahun 1990 tentang Pendidikan prasekolah, Pasal 1 ayat 4 dinyatakan
bahwa “orang tua adalah ayah dan atau ibu atau wali anak didik yang
bersangkutan”.
Dari uraian di atas, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa
orang tua ialah ayah dan ibu yang bertanggung jawab atas segala yang ada di
rumah tangganya. Semenjak anak belum mengenal lingkungan sekolah, orang tua
perlu terlebih dahulu memberikan pendidikan berupa bimbingan yang akan
mengarahkan anak ke arah yang lebih baik setelah anak menginjak usia sekolah.
Adapun menurut pendapat penulis sendiri bahwa orang tua
adalah bapak atau ibu yang bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup
pendidikan anaknya dalam mencapai tujuan hidup yang di inginkan. Jadi Motivasi
orang tua yang penulis maksud dalam penelitian ini adalah dorongan atau
sebab-sebab ayah dan ibu kandung atau walinya, atau kecenderungan orang tua melakukan
sesuatu karena ada faktor-faktor yang mempengaruhi dalam diri orang tua,
sehingga orang tua termotivasi untuk menyekolahkan anak pada MI Walisongo
Bugangan.
2.2.3 Pengertian Manajemen Budaya Sekolah
a. Manajemen
Menurut (Wahyudi, 2009:8) secara umum manajemen berarti
pengelolaan usaha; kepengurusan; ketatalaksanaan penggunaan sumber daya secara
efektif untuk mencapai suatu sistem pengelolaan dan penataan sumber daya
pendidikan, tenaga kependidikan, peserta didik, masyarakat, kurikulum, dana,
sarana dan prasarana pendidikan, tata laksana dan lingkungan pendidikan untuk
mencapai tujuan yang ditetapkan.
Menurut Mari Parker Follet manajemen adalah suatu seni
untuk melakukan suatu pekerjaan melalui orang lain. Artinya bahwa untuk mencapai tujuan organisasi, manajer tidak dapat melaksanakan
tugasnya sendiri tetapi juga melibatkan orang lain (Lukman Chakim, 2012:1).
Menurut Terry “Management is a distict process
consisting of planning, organizing, actuating, and controlling,
performed to determine abd accomplish stated objectives by the use of human
being and other resources”. Ini mengandung arti bahwa manajemen adalah
proses pengelolaan yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan,
dan pengawasan yang dilaksanakan untuk menentukan serta mencapai sasaran yang
telah ditentukan melalui pemanfaatan SDM dan sumber-sumber. Pendapat Terry
sesuai dengan pendapat Prof. Dr. Arifin Abdurrachman yang mengemukakan bahwa
manajemen adalah kegiatan-kegiatan untuk mencapai sasaran-sasaran dan tujuan
pokok yang telah ditentukan dengan menggunakan orang-orang pelaksana (Purwanto,
2004:7).
Manajemen sering diartikan sebagai ilmu, kiat, dan
profesi. Dikatakan sebagai ilmu oleh Luther Gulick karena manajemen dipandang
sebagai suatu bidang pengetahuan yang secara sistematik berusaha memahami
megapa dan bagaimana orang bekerjasama. Dikatakan sebagai kiat oleh Follet
karena manajemen mencapai sasaran melalui cara-cara dengan mengatur orang lain
dalam menjalankan tugas. Dipandang sebagai profesi karena manajemen dilandasi
oleh keahlian khusus untuk mencapai suatu prestasi manajer, dan para
professional dituntun oleh suatu kode etik (Fatah, 2013:1)
Hersey dan Blanchard mengatakan pengelolaan atau
manajemen merupakan kegiatan yang dilakukan bersama dan melalui seseorang serta
kelompok dengan maksud untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi (Sudjana,
2004:17).
Dalam pendidikan manajemen itu dapat diartikan sebagai aktifitas memadukan sumber-sumber
pendidikan agar terpusat dalam usaha mencapai tujuan pendidikan yang telah
ditentukan sebelumnya (Made Pidarta, 1988:4). Demikian pula yang dipaparkan (Husaini
Usman, 2011:5) Manajemen dalam arti luas adalah perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengendalian (P4) sumberdaya organisasi untuk mencapai tujuan
secara efektif dan efisien (dalam arti luas). Manajemen dalam
arti sempit adalah manajemen sekolah/madrasah yang meliputi: perencanaan
program sekolah/madrasah, pelaksanaan program sekolah/madrasah, kepemimpinan
kepala sekolah/madrasah, pengawas/evaluasi, dan sistem informasi sekolah.
Bendasar dari pendapat para ahli tersebut, tampak
bahwa dalam. pandangan penulis manajemen dapat dijadikan sebagai sebuah aktivitas kemampuan atau
keterampilan untuk menggerakkan
dan memengaruhi sumber daya manusia dan sumber daya lain dalam rangka untuk
mencapai tujuan yang telah disepakati bersama.
Manajemen secara fungsional merupakan kegiatan yang terdiri dari perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing) yang di dalamnya terdapat penetapan struktur organisasi, pengisian
orang-orang yang akan mengisi struktur tersebut yang selanjutnya dikenal staffing, pelaksanaan (actuating), yang pelaksanaan atas segala
sesuatu yang telah direncanakan dan diorganisasikan, pengawasan (controling), yakni melakukan tindakan
yang diarahkan pada upaya mengawasi secara cermat dan saksama terhadap berbagai
kemungkinan terjadinya penyimpangan terhadap sesuatu yang telah direncanakan,
penilaian (evaluating) yakni menilai
segala sesuatu yang telah direncanakan dan dikerjakan, dan pembinaan atau
perbaikan (supervising) agar sesuatu
itu dapat mencapai hasil yang maksimal (Nata Abuddin, 2012:359)
Langkah-langkah manajemen merupakan proses yang sangat mempengaruhi
keberhasilan suatu manajemen. Kegiatan tersebut adalah fungsi-fungsi manajemen
yang meliputi:
a. Perencanaan
(Planning), ialah menetapkan pekerjaan yang harus dilaksanakan
oleh kelompok untuk mencapai tujuan yang digariskan.
b. Pengorganisasian
(Organizing), pengorganisasian merupakan keseluruhan proses
pengelompokan semua tugas, tanggung jawab, wewenang, dalam proses kerja sama
dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan.
c. Penggerakan
(Actuating), adalah mencakup kegiatan yang dilakukan seorang manager untuk
mengawali dan melanjutkan kegiatan yang ditetapkan oleh unsur perencanaan dan
pengorganisasian agar tujuan dapat tercapai.
d. Pengawasan
(Controling), pengawasan mencakup kegiatan tugas untuk melihat apakah
kegiatan-kegiatan sudah dilaksanakan sudah sesuai dengan rencana (Terry,
2009:17).
b. Budaya Sekolah
Bentuk jamak
dari budaya adalah kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta budhayah
yang merupakan bentuk jamak dari budi, yang artinya akal atau segala sesuatu
yang berhubungan dengan akal pikiran dan budi manusia (Aan Komariah dan Cepi
Triatna, 2006:96). Istilah “budaya” mula-mula datang dari disiplin ilmu
Antropologi Sosial. Apa yang tercakup dalam definisi budaya sangatlah luas. Menurut
(Asmaun Sahlan, 2010:70) Istilah budaya dapat diartikan sebagai totalitas pola
perilaku, kesenian, kepercayaan, kelembagaan, dan semua produk lain dari karya
dan pemikiran manusia yang mencirikan kondisi suatu masyarakat atau penduduk
yang ditransmisikan bersama.
Nurkholis
(2003:45) bahwa budaya sekolah sebagai pola, nilai-nilai, norma-norma, sikap, ritual,
mitos, dan kebiasaan-kebiasaan yang dibentuk dalam perjalanan panjang sekolah. Kategori dasar yang menjadi ciri-ciri budaya sekolah sebagai organisasi
merupakan fondasi konseptual yang tidak tampak yang terdiri dari: nilai-nilai,
falsafah, dan ideologi yang berinteraksi dengan simbol-simbol dan ekspresi yang
tampak yaitu: (a) manifestasi konseptualverbal yang mencakup tujuan dan
sasaran, kurikulum, bahasa, kiasan-kiasan, sejarah organisasi, kepahlawanan-kepahlawanan
organisasi dan struktur organisasi; (b) manifestasi perilaku yang meliputi
ritual-ritual, upacara-upacara, proses belajar mengajar, prosedur operasional,
aturan-aturan, penghargaan dan sanksi, dorongan psikologis dan sosial dan
bentuk interaksi dengan orang tua dan masyarakat; (c) manifestasi dan simbol-simbol
material-visual yang meliputi fasilitas dana peralatan,
peninggalan-peninggalan, keuangan, motto, dan seragam.
Ansar &
Masaong (2011:187) mengemukakan budaya sekolah merupakan
sistem nilai sekolah dan akan mempengaruhi cara pekerjaan dilakukan serta cara
warga sekolah berperilaku.
Budaya sekolah dibangun dari kepercayaan yang dipegang teguh secara mendalam tentang
bagaimana sekolah seharusnya dikelola atau dioperasikan.
Jerald
Greenberg (dalam Ansar & Masaong, 2011:186) menambahkan bahwa budaya sekolah
diartikan sebagai sistem makna yang dianut bersama oleh warga sekolah yang membedakannya
dengan sekolah lain. Jadi pada dasarnya budaya sekolah terkait erat dengan pandangan
hidup yang dimiliki oleh sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan
di sekolah.
Menurut (H.A.R. Tilaar, 2000:67), mengungkapkan budaya sekolah adalah
nilai-nilai dominan yang didukung oleh sekolah atau falsafah yang menuntun kebijakan sekolah terhadap semua
unsur dan komponen sekolah termasuk stakeholders pendidikan, seperti cara
melaksanakan pekerjaan di sekolah serta asumsi atau kepercayaan dasar yang
dianut oleh personil sekolah.
Langgulung (2007:67) mendefinisikan bahwa budaya sekolah merujuk pada suatu sistem nilai, kepercayaan dan norma-norma yang diterima secara bersama, serta dilaksanakan dengan penuh kesadaran
sebagai perilaku alami, yang dibentuk oleh lingkungan yang menciptakan pemahama
n yang sama diantara seluruh unsur dan personil sekolah baik itu kepala
sekolah, guru, staf, siswa dan jika perlu membentuk opini masyarakat yang sama
dengan sekolah.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa manajemen budaya sekolah merupakan kemampuan atau keterampilan mengelola sekumpulan
nilai-nilai, norma-norma yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol
yang dipraktikkan oleh kepala sekolah, guru, petugas admin, siswa atau warga sekolah. Budaya sekolah merupakan ciri khas, karakter atau watak, dan citra sekolah
tersebut di masyarakat luas.
Berdasar pemaparan diatas maka
manajemen budaya yang dimaksud disini meliputi perencanaan sebagai acuan dalam
melaksanakan kegiatan-kegiatan budaya sekolah tersebut. Kemudian
pengorganisasian dimaksudkan untuk memperjelas siapa yang akan menjalankan dan
apa yang akan dijalankan agar semua kegiatan-kegiatan tersebut dapat berjalan
secara efektif. Selanjutnya penggerakan ditujukan untuk pelaksanaan hal-hal
yang ditetapkan dalam perencanaan dan pengorganisasian. Sedangkan pengawasan
digunakan untuk memastikan bahwa pelaksanaan kegiata-kegiatan yang dimaksud
berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan.
c. Pengertian Budaya Sekolah Islami
Berdasar pemaparan pengertian budaya sekolah diatas maka
demikian pula dengan budaya sekolah
islami yang tentunya berkaitan erat dengan kegiatan-kegiatan yang berlandaskan
ajaran agama islam.
Sementara menurut (Usfuriyah, 2010:7) Budaya Islami yaitu suatu kondisi dimana sekolah
telah menjadi bagian dalam pembentukan karakter keislaman terhadap warga
sekolah baik secara fisik maupun dalam bentuk kegiatan-kegiatan yang bernuansa
Islami.
Aspek Budaya Sekolah Islami menurut
(Ramayulis, 2008:156), yaitu dengan melakukan
berbagai kegiatan yang dapat mencerminkan suasana keagamaan, berupa:
1)
Do’a bersama sebelum dan sesudah melakukan kegiatan pembelajaran.
2)
Tadarus al-Qur’an (15-20 menit) sebelum jam pertama dimulai,
dipimpin oleh guru yang mengajar pada jam pertama.
3)
Shalat dhuhur berjama’ah dan kultum (kuliah tujuh menit), atau
bimbingn keagamaan secara berkala.
4)
Mengisi peringatan hari-hari besar keagamaan dengan kegiatan yang
menunjang internalisasi nilai-nilai agama, dan menambah ketaatan beribadah.
5)
Mengintefsifkan praktik beribadah, baik ibadah mahdhah
maupun ibadah sosial.
6) Melengkapi bahan kajian mata pelajaran umum dengan nuansa keislaman
yang relevan dengan nilai-nilai agama.
Definisi diatas menjelaskan bahwa manajemen budaya sekolah islami merupakan kemampuan atau ketrampilan
mengelola suatu nilai-nilai, norma-norma dan kepercayaan
berlandaskan ajaran agama islam yangdi integrasikan dengan proses pembelajaran
di sebuah sekolah.
2.3
Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir merupakan
sintesa tentang hubungan antar variabel yang disusun dari berbagai teori yang
telah dideskripsikan (Sugiyono,
2008:60).
Pada penelitian ini kajian teori berfokus pada manajemen budaya sekolah islami, dimana setiap satuan lembaga pendidikan dihadapkan
pada kompetisi antar sekolah. Untuk itu para pelaku pendidikan haruslah senantiasa mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi orangtua.
Begitu juga dengan MI Walisongo Bugangan dalam upaya
penerapan manajemen budaya sekolah islami tentu harus memperhatikan pemanfaatan
berbagai faktor pendukung lain seperti sarana prasarana, lingkungan, kebijakan
dan lain sebagainya agar proses peningkatan motivasi orang tua berjalan dengan
efektif dan maksimal.
Berdasarkan kajian tersebut, maka dapat dibangun kerangka berfikir. Pada awalnya peneliti memaparkan tentang hal-hal yang berkaitan dengan manajemen budaya sekolah islami diantaranya mengenai perencanaan, pengorganisasian, pergerakan, pengevaluasian kegiatan-kegiatan islami yang menjadi ciri khas atau budaya sekolah tersebut. Selanjutnya mengenai motivasi orang tua meliputi faktor internal dan faktor eksternal. Kemudian observasi di lapangan untuk mengetahui dengan jelas bagaimana penerapan manajemen budaya sekolah islami dalam meningkatkan motivasi orang tua menyekolahkan anaknya di MI Walisongo Bugangan.
Berdasarkan kajian tersebut, maka dapat dibangun kerangka berfikir. Pada awalnya peneliti memaparkan tentang hal-hal yang berkaitan dengan manajemen budaya sekolah islami diantaranya mengenai perencanaan, pengorganisasian, pergerakan, pengevaluasian kegiatan-kegiatan islami yang menjadi ciri khas atau budaya sekolah tersebut. Selanjutnya mengenai motivasi orang tua meliputi faktor internal dan faktor eksternal. Kemudian observasi di lapangan untuk mengetahui dengan jelas bagaimana penerapan manajemen budaya sekolah islami dalam meningkatkan motivasi orang tua menyekolahkan anaknya di MI Walisongo Bugangan.
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada
bagian Bab ini menerangkan metodologi penelitian dimana di dalamnya menunjukkan
seperti apa metode yang digunakan untuk penelitian. Metodologi penelitian ini
sangat erat kaitannya dengan analisis yang akan diterangkan di Bab IV nantinya.
3.1
Lokasi Penelitian
Lokasi
untuk penelitian ini di MI Walisongo Bugangan Kecamatan
Kedungwuni Kabupaten Pekalongan
dengan obyek penelitian orang tua dan kepala Madrasah sebagai penentu kebijakan dalam penerapan
budaya sekolah islami.
3.2
Jenis
dan Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif,
pendekatan ini ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena,
peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepso, pemikiran orang
secara individual maupun kelompok (Nana Syaodih, 2012:60).
Metode yang digunakan untuk penelitian ini adalah metode deskriptif
kualitatif yang diarahkan ke suatu penenlitian lapangan (field research). Kirk dan Miller menyatakan sebagaimana yang
dikutip oleh Moleong bahwa penelitian kualitatif merupakan tradisi tertentu
dalam ilmu pengetahuan social (social
science) yang secara fundamental bergantung pada pengamatan manusia dalam
kawasannya sendiri dan berkenaan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya
dan dalam peristilahannya. (Moleong, 2002:3)
Sedangkan jenis penelitiannya menggunakan
metode deskriptif kualitatif. Yang dimaksud deskriptif yaitu penelitian yang
diusahakan untuk menindra secara sistematis, factual dan akurat mengenai fakta
yang ada. Penelitian dilakukan hanya untuk menerangkan suatu fakta melalui
sajian-sajian data tanpa menguji hipotesis. Data yang dikumpulkan adalah berupa
kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Dengan demikian laporan penelitian
akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan
tersebut. Data tersebut mungkin berasal dari naskah wawancara, catatan
lapangan, foto, videotape, dokumen pribadi, catatan atau memo, dan dokumen
resmi lainnya (Moeleong, 1997:11). hal tersebut digunakan penulis untuk memaparkan dan menjelaskan hasil penelitian secara deskriptif. Sementara itu, dengan pendekatan lapangan (field
research) digunakan untuk mencari dan mendapatkan data secara langsung.
Manajemen budaya sekolah islami
dipandang sebagai faktor pendorong peningkatan produktivitas, input dan mutu pendidikan, karena itu
para pengemban tugas di satuan lembaga pendidikan dalam menerapkan budaya
sekolah islami haruslah dapat mencakup seluruh kebutuhan dan keinginan
orang tua sebagai konsumen.
Dimana orang tua sebagai konsumen adalah bagian dari proses peningkatan kuantitas sekolah/madrasah yang harus diperhatikan melalui manajemen budaya sekolah.
Melalui penelitian ini diharapkan dapat ditemukan
gambaran yang jelas bagaimana dan seperti apa penerapan manajemen budaya sekolah islami dalam meningkatkan
motivasi orang tua di sekolah atau madrasah tersebut.
Subjek Penelitian adalah apa yang
menjadi sasaran penelitian, yang tidak tergantung pada judul dan topik
penelitian, tetapi secara kongkrit tergambarkan dalam fokus penelitian
(Mutammam, 2014:36). Nara sumber atau informan adalah orang yang bisa
memberikan informasi-informasi utama yang dibutuhkan dalam penelitian. Nara sumber
atau informan itulah yang penulis maksud dengan subjek penelitian.
Subjek yang
dimaksud dengan penelitian disini adalah sumber data dimana peneliti dapat
memperoleh data yang diperlukan dalam rangka penelitian. Dalam mendapatkan
sumber data penelitian, yang menjadi sumber penelitian adalah :
1. Orang
Tua
2. Kepala
Madrasah
3.4
Data dan
Jenis Data
Menurut
(Mutammam, 2014:37) Data adalah bentuk-bentuk ungkapan, kata-kata, angka,
simbol, dan apa saja yang memberikan makna, yang memerlukan proses lebih
lanjut. Data dapat berasal dari sumber data primer dan atau sekunder, yaitu :
1.
Data Primer yaitu data yang diperoleh secara
langsung oleh peneliti dari responden atau informan. Sumber data primer ini
seperti yang penulis lakukan untuk mencari informasi lewat wawancara dan
observasi di MI Walisongo Bugangan agar dapat dikumpulkan berbagai informasi
yang relevan dengan penelitian ini.
2.
Data Sekunder yaitu merupakan data yang diperoleh
melalui pihak kedua.
Data
sekunder ini seperti yang penulis lakukan untuk mendapatkan data diantaranya, kajian
pustaka dari buku-buku yang berkaitan dengan teori dan konsep yang sesuai
dengan variable yang diteliti, penelitian terdahulu, data siswa, struktur
madrasah, dokumen-dokumen madrasah dan lain sebagainya.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada dasarnya diperoleh dari
sumbernya, yakni keadaan dan lingkungan obyek penelitian, subyek-subyek yang
terlibat kegiatan, kontak sosial dan aspek-aspek yang melingkupinya.Hal
tersebut diamati secara langsung, diwawancarai, dibaca serta ditelaah hasil
pemikirannya baik dalam bentuk tulisan maupun lisan atau yang dipahami oleh
orang-orang yang ada disekitarnya untuk kemudian dijadikan bahan pertanyaan
pada subyek tersebut (Dewi Hajar, 2005:100)
Untuk memperoleh data yang dilakukan
dalam penelitian ini, menggunakan metode sebagai berikut:
a.
Metode Observasi
Menurut Sutrisno Hadi dalam (Sugiyono,
2011:203), observasi adalah suatu proses yang kompleks, suatu proses yang
tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang
terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.
Metode observasi atau pengamatan memungkinkan
peneliti melihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat perilaku dan
peristiwa yang terjadi pada keadaan sebenarnya. Peneliti dengan observasi ini
mencatat dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan proporsional maupun
pengetahuan yang langsung diperoleh dari data-data yang ada (Moloeng, 2002:126).
Adapun yang diobservasi dalam
penelitian ini adalah keadaan sistem penerapan manajemen budaya sekolah
islami yang
ada di MI Walisongo Bugangan dan keadaan lingkungan masyarakat
disekitarnya. Sehingga diharapkan akan didapatkan data-data yang sesuai dan bisa
diambil untuk penyelesaian penelitian ini.
b.
Metode Wawancara
Wawancara dapat didefinisikan
sebagai interaksi bahasa yang berlangsung antara dua orang dalam situasi saling
berhadapan salah seorang, yaitu yang melakukan wawancara meminta informasi atau
ungkapan kepada orang yang diteliti yang berputar di sektor pendapat dan
keyakinan (Emzir, 2010:50).
Demikian pula menurut (Sutrisno Hadi, 2000:193), Metode
wawancara ini berupa tanya jawab secara sistematik dengan mengacu pada masalah
dan tujuan penelitian. Hal ini untuk mengetahui secara detail dan mendalam dari
sumber yang ada terhadap fokus masalah yang diteliti.
Metode ini penulis gunakan untuk
memperoleh informasi tentang data proses penerapan manajemen budaya islami dan sejarah
berdirinya MI Walisongo Bugangan, motivasi orang tua, melalui
wawancara dengan kepala madrasah, orang tua siswa dan sumber lain yang dianggap relevan dan perlu.
c.
Metode Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa
yang sudah berlalu. Dokumen bisa
berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang (Sugiyono,
2011:329).
Penulis menggunakan metode ini untuk
mengetahui sejarah perkembangan sekolah, foto-foto, struktur madrasah,
rekapitulasi guru, karyawan, siswa, sarana dan prasarana sekolah.
3.5 Analisis Data
Analisis
data dalam penelitian kualitatif yang digunakan adalah teknik analisis data
yang mengikuti konsep Miles dan Hubennan yaitu mengemukakan bahwa aktifitas
dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung
secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya jenuh (Sugiyono, 2011:91).
Proses analisis data dalam penelitian ini dimulai dengan menelaah seluruh data
yang tersedia dari berbagai sumber, seperti wawancara, pengamatan, dan
observasi. Data tersebut dianalisis melalui tiga komponen yang meliputi reduksi
data (data reduction), penyajian data (data display), dan
kesimpulan atau verifikasi (conclution drawing/verification) (Sugiyono, 2008:92).
a. Data Reduction
(Reduksi Data)
Mereduksi
data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, mengfokuskan hal-hal yang
penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi
akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk
melakukan pengumpulan data selanjutnya. Proses reduksi dalam penelitian ini
difokuskan pada kegiatan penerapan manajemen budaya sekolah islami
yang dilakukan di MI
Walisongo Bugangan Kecamatan Kedungwuni Kabupaten Pekalongan.
b. Data Display (Penyajian
Data)
Dalam
penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian
singkat, bagan, hubungan antar kategori. Proses penyajian data dalam penelitian
ini adalah mengelompokkan data sesuai dengan tema tentang penerapan manajemen budaya sekolah islami dalam
meningkatkan motivasi orang tua menyekolahkan anak yang dilakukan di MI Walisongo Bugangan
Kecamatan Kedungwuni Kabupaten Pekalongan. serta usaha-usaha yang dilakukan
untuk mengatasi hambatan-hambatan yang terjadi.
c. Conclusion
Drawing (Verification)
Adalah
penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang ditemukan masih
bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat
yang mendukung pada tahap berikutnya. Tapi sebaliknya apabila ditemukan
bukti-bukti yang valid maka
kesimpulan yang ditemukan merupakan kesimpulan yang credible (Andi
Prastowo, 2011:338).
Dalam
penelitian ini setelah data ditampilkan secara sistematis baru diadakan
analisis dan dilakukan pengujian kebenaran data yang diperoleh peneliti pada
pihak-pihak lainnya yang dipercaya sehingga dapat disimpulkan bagaimana pelaksanaan manajemen budaya sekolah islami dalam meningkatkan motivasi
orang tua menyekolahkan anak di MI Walisongo
Bugangan Kecamatan Kedungwuni Kabupaten Pekalongan.
DAFTAR PUSTAKA
Abuddin, Nata. 2010. Manajemen Pendidikan : mengatasi
kelemahan Pendidiikan Islam di
Indonesia. Jakarta:Kencana.
Ansar dan Masaong. 2011. Manajemen Berbasis Sekolah.
Gorontalo: Sentra Media.
Arifin, M. 2010. Kepemimpinan
Dan Motivasi Kerja.Yogyakarta:Teras.
Arifin, H. M. 1976. Hubungan Timbal balik pendidikan agama di
lingkungan sekolah dan keluarga. Jakarta:Bulan Bintang.
Chakim, Lukman. 2012.Pengantar Manajemen. Pekalongan:STAIKAP
Pekalongan Press TBM AN-NUR.
Departemen Agama RI. 1982. Al Qr'an dan Terjemah. Bandung:PT Pantja
Simpati.
Depdiknas, 2003. Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Pendidikan Agama
Islam SMP dan MA. Jakarta:Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas.
Departemen pendidikan dan kebudayaan RI. 1990. Kamus besar Bahasa
Indonesia. Jakarta:Balai Pustaka.
Emzir, 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data. Jakarta:Raja
Grafindo Persada.
Gunawan, Ari. 2002. Sosiologi Pendidikan. Jakarta:PT. Rineka Cipta.
Fatah, Nanang. 2013. Landasan Manajemen Pendidikan.
Bandung:PT Remaja Rosdakarya.
Adi, Sutrisno. 2000.Metode
Research II. Yogyakarta:Andi Offset.
Hajar, Dewi. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia dalam Pendidikan
Islam (Studi Kasus di MAN Karanganom Klaten) Tesis.Yogyakarta:UIN Sunan Kalijaga.
Langgulung, Hasan. 2007.
Manusia Dan Pendidikan. Jakarta: Pustaka Al-Husna.
Majid, Abdul. 2014. Strategi pembelajaran. Bandung:PT Remaja
Rosdakarya.
Moleong, Lexy J. 2002. Metode
Penelitian Kualitatif. Bandung:Remaja Rosdakarya.
Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian kualitatif Edisi
Revisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Muhaimin, 2003. Arah baru pengembangan islam, kurikulum hingga
radefinisi Islamisasi Pengetahuan. Badung:Nuansa.
Mulyasa, E. 2002. Manajemen Berbasis Sekolah : Konsep Strategi dan
Implementasi. Bandung:PT. Raja Grafindo Persada.
Mutammam, 2014.Panduan Penulisan Skripsi. Pekalongan:CV.
Duta Media Utama bekerjasama dengan STIKAP Pekalongan.
Nasution, MN. 2010. Manajemen Mutu
Terpadu. Jakarta: Ghalia.
Nata, Abuddin. 2012. Manajemen
Pendidikan Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Nurkolis. 2003. Manajemen Berbasis Sekolah: Teori,
Model dan Aplikasi. Jakarta: Gramedia.
Peraturan Pemerintah (PP) RI Nomor 27 pasal 1ayat 4. 1990.
Pendidikan Prasekolah.
Pidarta, Made. 1988. Manajemen
Pendidikan Indonesia. Jakarta:RT Bina Aksara.
Poerdarminta,W.J.S. 1992. Kamus umum bahasa Indonesia.
Jakarta:Balai Pustaka.
Prastowo, Andi. 2011. Metode Penelitian Kualitatif dalam
Perspektif Rancangan. Jogjakarta:AR-RUZ MEDIA.
Purwanto, Ngalim. 2012. Administrasi
dan Supervisi Pendidikan. Bandung:PT. Remaja Rosdakarya.
Sahlan, Asmaun. 2010. Mewujudkan Budaya Religius di Sekolah Upaya
Mengembangkan PAI dari Teori ke Aksi. Malang:UIN-MALIKI Press.
Simamora, Henry. 2006. Manajemen Sumber
Daya Manusia.Yogyakarta:Bagian Penerbitan STIE YKPN.
Sukmadinata,Nana Syaodih. 2012.Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:Remaja Rosdakarya.
Sugiyono, 2011.Metode Penelitian PendidikanPendekatan Kuantitatif,
Kualitatif Dan R&D. Bandung:Alfabeta.
Sugiyono, 2007. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung:
Alfabeta.
Tafsir, Ahmad. 2005.Ilmu pendidikan dalam perspektif islam.
Bandung:PT Rosdakarya.
Terry, George R. 2009. Prinsip-prinsip
Manajemen.Jakarta:Bumi Aksara.
Tilaar, H.A.R. 2000. Manajemen Pendidikan Nasional. Bandung:
PT. Remaja Rosda Karya.
Triatna,Cepi dan Aan Komariah. 2006. Visionary Leadership Menuju
Sekolah Efektif.Jakarta:PT. Bumi Aksara.
Undang-undang Republik Indonesia. 2003. Sistem
Pendidikan Nasional Nomor 20 Pasal 3.
Usfuriyah, 2010. Penerapan Manajemen Budaya Sekolah Islami di SD 04
Sultan Agung Semarang. Semarang:IAIN Walisongo Semarang.
Usman, Husaini. 2011. Manajemen Teori, Praktek, dan
Riset Pendidikan. Jakarta:PT Bumi Aksara.
Wahyudi. 2009. Kepemimpinan Kepala Sekolah
dalam Organisasi Pembelajar. Bandung:Alfabeta.
0 Response to "PENERAPAN MANAJEMEN BUDAYA SEKOLAH ISLAMI DALAM MENINGKATAN MOTIVASI ORANG TUA "
Posting Komentar